Sabat Petang, 2 Agustus
PENDAHULUAN
Hidup baru. Salah satu ciri utama dari sebuah kehidupan ialah adanya pertumbuhan; suatu organisme dianggap mati kalau berhenti bertumbuh. Dalam Kekristenan pertumbuhan itu sangat penting sebab menyangkut keselamatan, sehingga rasul Petrus menasihati kita untuk menjadi seperti bayi "yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan" (1Ptr. 2:2). Kita harus bertumbuh dalam hal iman (2Kor. 10:15) dan dalam pengetahuan yang benar tentang Allah (Kol. 1:10).
Sampai pada batas manakah kita harus bertumbuh? Menurut rasul Paulus, setiap orang Kristen harus bertumbuh "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala" (Ef. 4:13-15; huruf miring ditambahkan).
Kekristenan mengajarkan pertumbuhan baru dari titik awal sejak seseorang mengenal Kristus, yang istilah teologianya adalah "dilahirkan kembali." Seperti Yesus jelaskan kepada Nikodemus, seorang pemuka agama Yahudi yang datang kepada-Nya untuk mencari kepastian akan keselamatannya. Sebagai pemimpin dan cendekiawan agama dapat dipastikan bahwa Nikodemus adalah seorang yang taat hukum agama dan memiliki rekam-jejak yang baik, mungkin juga dalam hal kehidupan beragama dia menjadi panutan bagi banyak orang. Tetapi Yesus menasihatinya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah" (Yoh. 3:3; ayat inti).
"Dengan sabar Yesus menjelaskan bahwa perubahan rohani adalah sebuah pekerjaan supra alami yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Walaupun kita tidak bisa melihat atau memahami bagaimana hal itu terjadi, kita dapat merasakan hasilnya. Kita menyebutnya pertobatan, hidup baru di dalam Kristus. Meskipun kita selalu harus ingat bagaimana Tuhan memanggil kita dan mempertobatkan kita, tantangan kita ialah untuk tinggal teguh di dalam Dia setiap hari sehingga Ia dapat mengubah kita semakin lebih menyerupai citra-Nya" [dua alinea terakhir].
Dalam Kekristenan, keselamatan tidak ditentukan oleh kehidupan masa lalu seseorang melainkan pada kehidupannya di masa depan. Secara jasmani (aktual) hidup kekal itu akan dinikmati sepenuhnya di dunia baru, tetapi secara rohani (faktual) keselamatan harus sudah dimulai dalam kehidupan sekarang ini. Kekristenan adalah hidup baru di dalam Kristus dan bertumbuh di dalam Kristus.
Minggu, 3 Agustus
MEMILIKI HATI BARU (Dilahirkan Kembali)
Dilahirkan "dari atas." Nikodemus adalah seorang tokoh cukup berpengaruh di kalangan orang Yahudi pada zaman Yesus. Sebagai guru agama dan anggota Sanhedrin, mahkamah agama Yahudi yang memiliki otoritas besar, tentu saja Nikodemus adalah seorang yang cerdas dan menguasai hukum Taurat. Namanya muncul dalam kitab Yohanes pada tiga peristiwa berbeda, pertama ketika dia bertemu dengan Yesus pada tengah malam (3:1-21), kedua saat dia membela Yesus di hadapan kolega-koleganya sesama kaum Farisi (7:45-51), dan ketiga pada waktu dia bersama Yusuf orang Arimatea menurunkan mayat Yesus dari kayu salib untuk dimakamkan secara wajar (19:39-42). Dalam tradisi Yahudi, dan juga diyakini oleh banyak peneliti Alkitab, dirinya diidentikkan dengan Nikodemus ben Gurion yang adalah seorang yang berpengaruh dan kaya raya yang hidup di Yerusalem pada abad pertama. Nikodemus--artinya "penakluk banyak orang"--berayahkan seorang bernama Gurion.
Pokok pekabaran yang Yesus sampaikan kepada Nikodemus adalah juga pekabaran bagi setiap orang Kristen. "Manusia secara jasmani dilahirkan oleh orang tua, tetapi secara rohani dilahirkan oleh Roh Allah. Jangan heran kalau Aku mengatakan: kamu semua harus dilahirkan kembali," kata-Nya (Yoh. 3:6-7, BIMK; huruf miring ditambahkan). Frase "dilahirkan kembali" secara harfiah berarti "dilahirkan dari atas" yang merujuk kepada transformasi rohani. Rasul Paulus menjelaskan tentang hal ini ketika dia menulis, "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu...Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus..." (Ef. 2:1, 4-5).
"Tidak diragukan bahwa Nikodemus, seorang guru di Israel, mengetahui Kitabsuci Perjanjian Lama yang bertutur tentang kebutuhan akan sebuah 'hati baru' serta kerinduan Allah untuk menciptakannya di dalam diri kita (Mzm. 51:10; Yeh. 36:26). Yesus menjelaskan kepada Nikodemus kebenaran ini dan bagaimana hal itu dapat terjadi" [alinea ketiga].
Baptisan dengan air dan roh. Kita mungkin bertanya: mana yang sebenarnya lebih dulu terjadi, baptisan dengan air atau dengan Roh? Logikanya, kalau Roh tidak bekerja lebih dulu di dalam hati mana mungkin seseorang mau menerima Kristus dan dibaptis--kecuali kalau orang itu dibaptis tanpa kesadaran yang benar atau karena motivasi tertentu. Baptisan dengan air seharusnya merupakan pengakuan kita di hadapan umum bahwa kita sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi dan percaya kepada-Nya, tapi baptisan dengan Roh adalah yang mempersatukan kita dengan Kristus. Rasul Paulus menulis, "Begitu juga kita semua, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, hamba-hamba maupun orang-orang merdeka; kita semua sudah dibaptis oleh Roh yang sama itu, supaya kita dijadikan satu pada tubuh Kristus itu. Kita semua juga mengalami Roh yang satu itu sepenuhnya" (1Kor. 12:13, BIMK; huruf miring ditambahkan).
Pada waktu seseorang dibaptis dengan cara diselamkan di dalam air itu melambangkan berakhirnya kehidupan yang lama dan mulainya suatu kehidupan yang baru. Banyak orang Kristen yang dengan yakin merasa bahwa pada saat menerima baptisan itu dia benar-benar sudah bertobat, dan mungkin hal itu merupakan "modal" yang berharga bagi dia untuk memulai suatu hidup baru. Tetapi oleh sebab kita masih terus hidup di dunia yang penuh dosa ini maka dengan berjalannya waktu kita pun mulai kembali kepada cara hidup yang lama. Kenyataan ini menyadarkan kita bahwa kita masih memerlukan baptisan dengan Roh Kudus sampai hati kita benar-benar sudah diperbarui. Barangkali baptisan dengan air cukup satu kali, tetapi baptisan dengan roh harus berlangsung terus-menerus sampai kita dapat berkata bersama Paulus, "bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2:20).
"Ada persamaan antara kelahiran jasmani dan rohani. Keduanya menandai permulaan suatu kehidupan baru. Lagi pula, tidak ada dari kelahiran itu yang kita hasilkan sendiri; itu dilakukan bagi kita. Tetapi ada juga perbedaan penting di antara keduanya: kita tidak bisa memilih kalau kita ingin dilahirkan secara jasmani; namun, kita dapat memilih untuk dilahirkan secara rohani. Hanya mereka yang dengan bebas memutuskan untuk mengizinkan roh Kudus menghasilkan suatu pribadi rohani yang baru dalam diri mereka yang dilahirkan kembali. Allah menghormati kebebasan kita, dan meskipun sangat rindu untuk mengubah kita, Ia tidak mengubah kita dengan paksa" [alinea terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang perlunya "dilahirkan kembali"?
1. Sebagai orang Kristen memiliki pengetahuan tentang Alkitab saja tidak cukup, tapi kita harus memiliki hati yang baru. Pengetahuan mengenai firman Allah tentu saja penting karena atas dasar itulah seorang Kristen mengetahui kebutuhannya untuk mengamalkan hati yang diubahkan. Mempunyai hati baru berarti mengamalkan cara hidup baru.
2. Tidak ada seorang manusia yang dapat memilih tentang kelahirannya secara jasmani, siapa orangtuanya atau di mana dia ingin dilahirkan. Namun, kelahiran baru secara rohani adalah pilihan setiap orang. Anda dan saya mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk memilih ataupun menolak tawaran hati baru dari Allah.
3. Baptisan dengan air dapat dilakukan oleh manusia, yakni pendeta yang sudah diurapi dan memiliki otoritas dari gereja untuk melakukannya. Namun, baptisan dengan Roh hanya dapat dilakukan oleh Tuhan. Yohanes Pembaptis sendiri mengaku hanya bisa membaptiskan dengan air, tetapi Kristus lebih berkuasa membaptiskan dengan roh (Mrk. 1:8; Luk. 3:16; Kis. 1:5).
Senin, 4 Agustus
CIPTAAN BARU (Hidup Baru di Dalam Kristus)
Pekerjaan Roh Kudus. Kitabsuci memberikan definisi dari sebuah kelahiran baru secara rohani: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2Kor. 5:17; huruf miring ditambahkan). Tidak mungkin ada kehidupan rohani yang baru di luar Kristus, dan hal itu hanya bisa terjadi oleh pekerjaan Roh Kudus yang mempengaruhi seorang berdosa untuk bertobat. Kelahiran baru berkaitan langsung dengan keselamatan sebab, seperti kata Yesus kepada Nikodemus, "jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah" (Yoh. 3:3).
Roh Kudus bekerja seperti angin, prosesnya di dalam hati tetapi hasilnya tampak dari luar melalui perilaku seseorang. "Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi," kata Yesus. "Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh" (Yoh. 3:8). Terkadang kita tidak dapat mengerti apa yang Roh Kudus dapat lakukan untuk mengubah diri kita sampai perubahan itu dapat kita rasakan dan alami.
"Roh bekerja tak terlihat, tetapi hasil kegiatannya terlihat. Orang-orang di sekitar kita akan mengetahui bahwa Yesus telah menciptakan satu hati yang baru dalam diri kita. Roh selaku menghasilkan penampilan lahiriah dari perubahan batiniah yang Ia lakukan dalam diri kita. Seperti Yesus katakan, 'dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka' (Mat. 7:20)" [alinea ketiga: empat kalimat terakhir].
Menjadi manusia baru. Kelahiran baru di dalam Kristus terjadi "oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus" (Tit. 3:5), dan dengan demikian kita menjadi ciptaan baru karena "yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2Kor. 5:17). Bahkan, bagi orang Yahudi yang menerima Yesus Kristus, "disunat atau tidak disunat, itu tidak penting. Yang penting ialah menjadi manusia baru" (Gal. 6:15, BIMK). Tapi, apa artinya menjadi manusia baru?
Alkitab mengajarkan tentang baptisan yang diselamkan di dalam air sebagai lambang dari "mati bagi dosa" (Rm. 6:2) dan dibaptis dalam kematian Kristus (ay. 3). "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru" (ay. 4). Jadi, ketika tubuh kita dibenamkan di dalam air pada upacara baptisan hal itu mengibaratkan kematian terhadap dosa, dan dengan keluar dari air melambangkan bahwa kita sudah dibangkitkan sebagai manusia baru yang telah dibersihkan dari segala dosa.
"Melalui Roh Kudus, Kristus menanamkan dalam diri kita pemikiran, perasaan, dan motivasi baru. Ia membangkitkan hati nurani kita, mengubah pikiran kita, menundukkan setiap keinginan yang tidak suci, dan mengisi kita dengan kedamaian surga yang manis. Meskipun perubahan itu tidak terjadi seketika, dari waktu ke waktu kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus" [alinea terakhir: tiga kalimat pertama].
Apa yang kita pelajari tentang hidup baru di dalam Kristus?
1. Hidup baru di dalam Kristus ialah manusia lama yang diciptakan baru oleh pekerjaan Roh Kudus setelah kita menerima baptisan dengan air. Walaupun baptisan itu adalah pilihan kita sendiri, menjadi manusia baru adalah kehendak Allah bagi diri kita supaya kita bisa memiliki hati baru dengan ciri tabiat yang baru pula.
2. Ciptaan baru artinya diciptakan kembali secara utuh, bukan sekadar renovasi yang bersifat tambal-sulam. Sebagai ciptaan baru kita menjadi "orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah" (Yoh. 1:13).
3. Sebelum seseorang yang sudah diselamatkan menerima tubuh yang baru, terlebih dulu orang itu harus diperbarui secara rohani. "Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef. 4:23-24).
Selasa, 5 Agustus
BERGANTUNG PADA YESUS (Tinggal di Dalam Kristus)
Pokok anggur yang benar. Wilayah Palestina di zaman Alkitab terkenal sebagai penghasil tiga jenis buah utama: ara, zaitun dan anggur. Itulah sebabnya ketiga jenis buah ini sangat sering disebut, terutama dalam PL, yang menandakan kesuburan tanah negeri ini. Budidaya tanaman anggur sudah dikenal sejak zaman Nuh (Kej. 9:20), khususnya untuk dijadikan sebagai minuman olahan yang karena kandungan alkoholnya bisa memabukkan (ay. 21). Menjelang musim panen, biasanya pada bulan Agustus atau September, pemilik kebun anggur sampai harus bermalam di kebun anggurnya untuk menjaga buah yang sering dijadikan simbol kemakmuran ini. Begitu berharganya tanaman anggur bagi orang Israel sehingga seorang peladang anggur boleh dibebaskan dari wajib militer (Ul. 20:6). Bahkan, hukum Musa mengatur cara bercocok-tanam buah anggur (Ul. 22:9). Kebun anggur sering menjadi inspirasi dalam menggubah syair pujian, khususnya untuk melambangkan Israel sebagai kebun anggur Tuhan (Mzm. 80:9-13; Yes. 5:1-7).
Yesus juga menggunakan kebun anggur sebagai bahan ilustrasi, di antaranya untuk menggambarkan tentang Kerajaan Surga (Mat. 20:1-16). Tetapi ilustrasi Yesus yang paling mengesankan bagi orang Kristen ialah ketika Ia menyebut diri-Nya adalah "pokok anggur yang benar" (Yoh. 15:1) dan umat-Nya sebagai ranting-ranting untuk menggambarkan ketergantungan kita kepada-Nya. "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (ay. 5). Seperti halnya cabang atau ranting pada tanaman anggur, kita akan menjadi kering lalu mati kalau tidak terhubung kepada-Nya sebagai pokok anggur (ay. 6).
"Sebuah cabang yang baru saja terpisah dari dari pokok anggur mungkin tampak hidup untuk sementara waktu, tetapi cabang itu pasti akan kering dan mati karena telah dikerat dari sumber kehidupan. Dengan tanda yang sama, kita dapat menerima kehidupan hanya melalui hubungan kita dengan Kristus. Tapi untuk menjadi efektif, kesatuan ini harus dipertahankan. Kebaktian di pagi hari itu penting, tetapi persekutuan kita dengan Tuhan harus terus berlanjut sepanjang hari" [alinea kedua: empat kalimat pertama].
Tetap bersama Kristus. Dalam menggambarkan hubungan antara diri-Nya dan umat-Nya, Yesus menyodorkan dua pilihan: bersatu dengan Dia dan berbuah atau terpisah dari Dia dan tidak berbuah. "Tetaplah bersatu dengan Aku dan Aku pun akan tetap bersatu dengan kalian. Cabang sendiri tak dapat berbuah, kecuali kalau ia tetap pada pohonnya. Demikian juga kalian hanya dapat berbuah kalau tetap bersatu dengan Aku" (Yoh. 15:4, BIMK). Kata "bersatu" (Grika: menō; Inggris: abide; TB: tinggal) dalam ayat ini mengandung makna "menantikan" atau "bertahan." Jadi, tinggal di dalam Kristus atau bersatu dengan Dia berarti menanti dan bertahan pada posisi kita, sebab untuk menjadi orang Kristen yang berbuah kita tidak mempunyai pilihan lain kecuali tetap bersama Kristus.
Ranting yang tidak tetap bersatu pada pokok anggur itu, sehingga "dibuang ke luar" dan "dicampakkan ke dalam api" (ay. 6), mungkin melambangkan tiga jenis orang Kristen. Pertama, orang-orang percaya yang tadinya setia tetapi karena tidak mampu bertahan dalam pergumulan iman sampai akhirnya mundur dan murtad; kedua, orang-orang percaya yang tidak mengalami kelahiran baru sehingga tidak dapat menghasilkan buah-buah kebenaran; ketiga, orang-orang percaya yang kelihatannya hidup seperti orang Kristen tetapi tidak pernah bertobat dengan sungguh-sungguh.
"Salah satu perangkap yang paling licik ialah berusaha untuk mengamalkan kehidupan Kristiani secara terpisah dari Tuhan. 'Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa' (Yoh. 15:5). Tanpa Dia kita tidak dapat menolak satu pencobaan sekalipun, mengalahkan satu dosa, atau mengambangkan satu tabiat yang serupa dengan Dia. Kehidupan rohani yang baru dapat bertumbuh hanya melalui suatu hubungan yang terus-menerus dengan Kristus" [alinea ketiga].
Apa yang kita pelajari tentang tetap tinggal di dalam Kristus?
1. Semua hal yang berhubungan dengan anggur--kebun anggur, pokok anggur, buah anggur dan air anggur--sangat dikenal dalam budaya bangsa Israel purba, bahkan dianggap sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Hubungan pokok anggur dan rantingnya yang Yesus gunakan merupakan ilustrasi yang sangat jitu.
2. Ranting-ranting adalah bagian dari pohon anggur yang menghasilkan buah, karena itu sebagai orang Kristen anda dan saya diharapkan untuk menghasilkan buah-buah kebenaran yang baik, yaitu tabiat dan akhlak yang terpuji. Sebagai ranting, kita hanya dapat berbuah selama tetap bersatu dan melekat pada Kristus.
3. Terkadang ranting-ranting yang kurang menghasilkan buah perlu dipangkas dan dibersihkan dari anasir-anasir yang menjadi penghalang, "supaya ia lebih banyak berbuah" (Yoh. 15:2). Kesombongan, rasa percaya diri yang berlebihan, sifat mau menang sendiri dan sebagainya sering menjadi penghalang utama untuk berbuah sehingga perlu dipangkas.
Rabu, 6 Agustus
GAYA HIDUP KRISTIANI (Doa)
Mengapa harus berdoa. Sebagai orang Kristen, kita mempunyai banyak alasan alkitabiah untuk berdoa. Tetapi dua alasan yang paling utama ialah karena berdoa adalah perintah Yesus, dan selama hidup-Nya di bumi ini Dia sendiri sering berdoa. Selain itu, Yesus juga menjamin bahwa apa saja yang kita minta di dalam doa dengan percaya seolah-olah kita sudah menerimanya maka apa yang kita minta itu pasti akan diberikan (Mrk. 11:24). Karena itu mintalah, carilah dan ketoklah, sebab kepada yang meminta akan diberikan, siapa yang mencari akan mendapat, dan siapa yang mengetok pintu akan dibukakan kepadanya (Luk. 11:9-10). Bagi orang Kristen, doa merupakan peluang istimewa yang terbesar tetapi juga bisa menjadi kegagalan terbesar, tergantung apakah kita tekun melakukannya atau tidak.
Meskipun Bapa surgawi sudah lebih dulu mengetahui segala kebutuhan kita sebelum kita meminta kepada-Nya (Mat. 6:8), namun Yesus menyarankan agar kita "harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu" (Luk. 18:1). Untuk menegaskan maksud-Nya akan hal tersebut, Yesus kemudian menceritakan sebuah perumpamaan tentang seorang perempuan janda yang tiada henti-hentinya mendesak seorang hakim yang lalim supaya memenangkan kasusnya, sampai permohonan itu dipenuhinya (ay. 2-5). Lalu kata Yesus, "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (ay. 7). Oleh sebab itu, berdoa harus menjadi gaya hidup Kristiani.
"Seiring dengan mempelajari Alkitab, doa sangat diperlukan demi agar kita tinggal di dalam Kristus dan bertumbuh secara rohani. Bahkan Yesus sendiri perlu berdoa untuk dipersatukan dengan Bapa. Ia telah meninggalkan kepada kita suatu teladan kehidupan doa...Karena melalui doa, kita belajar untuk mengosongkan diri kita dari kedirian kita dan menjadi lebih bergantung kepada-Nya" [alinea pertama: tiga kalimat pertama; alinea kedua: kalimat terakhir].
Doa model. Tuhan Yesus bukan saja mengajarkan cara berdoa tapi juga memberikan satu doa contoh, sebagaimana tercatat dalam Matius 6:9-13 (bandingkan dengan Luk.11:2-4), yang kita sebut "Doa Bapa Kami" atau di Amerika disebut "Doa Tuhan Yesus" (The Lord's Prayer). Sebagai doa model yang diajarkan oleh Tuhan sendiri maka tentu saja di dalamnya terkandung unsur-unsur yang penting dan lengkap dari sebuah doa. Konon, pada acara hari raya Paskah tahun 2007 lalu doa yang paling populer dan paling disukai umat Kristen sejagad ini telah diucapkan oleh lebih dari dua milyar orang di dunia dalam satu hari yang sama. Teologi dari doa ini adalah pada konteksnya yang menempatkan Allah sebagai Bapa dan kita manusia sebagai layaknya anak-anak. Yesus sendiri menyapa Allah dengan "Abba" atau "Bapa" tatkala berdoa di Taman Getsemane (Mrk. 14:36). Rasul Paulus mengatakan, "semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah" dan oleh Roh itu kita bisa berseru "ya Abba, ya Bapa!" sebab Roh itu bersaksi "bahwa kita adalah anak-anak Allah" (Rm. 8:14-16).
Susunan anatomis dari Doa Bapa Kami terdiri atas pemujaan di bagian awal, permohonan sebagai inti, dan ditutup dengan pujian. Kalimat pembuka "Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga" (Mat. 6:9-10) merupakan kata-kata pemujaan (worship and adoration). Selanjutnya terdapat lima bentuk permohonan (petition and invocation) yang meliputi kebutuhan jasmani dan rohani, termasuk makanan dan pengampunan dosa serta perlindungan dari godaan, hal-hal yang menunjukkan kebergantungan kita pada Allah. Doa ini kemudian diakhiri dengan ucapan pujian (doxology), "Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin" (ay. 13).
"Kristus mengajarkan bahwa ada syarat-syarat tertentu supaya janji yang ajaib ini dipenuhi. Kita harus percaya bahwa Allah dapat menjawab doa kita (Mat. 21:22). Suatu sikap pengampunan terhadap sesama manusia dituntut (Mrk. 11:25). Paling penting, keinginan kita harus selalu tunduk pada kehendak Bapa (Mat. 6:10; Luk. 22:42). Suatu 'penundaan' dalam menjawab tidak boleh mengecilkan hati kita; sebaliknya, kita perlu selalu berdoa dan berserah (Luk. 18:1)" [alinea terakhir: lima kalimat terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang doa?
1. Kehidupan orang Kristen tidak terlepas dari doa, bahkan doa harus menjadi gaya hidup Kristiani. Mengapa? Karena Yesus memerintahkan kita untuk berdoa tak putus-putusnya, bahkan Dia telah memberi contoh tentang kehidupan berdoa yang diamalkan-Nya. Kewajiban orang Kristen adalah menaati ajaran Kristus dan mengikuti teladan-Nya.
2. Doa Bapa Kami (Doa Tuhan Yesus) merupakan model dari sebuah doa yang lengkap dan sempurna sejauh menyangkut substansi dan komposisi. Karena doa adalah komunikasi yang bersifat dinamis dan terbuka antara manusia dengan Tuhan, doa kita harus sederhana dan mengandung luapan isi hati yang jujur.
3. Yesus mengajarkan agar doa kita harus ditujukan langsung kepada Bapa semawi, tetapi disampaikan melalui Anak-Nya sebagai Pengantara. Yesus Kristus adalah jaminan dari jawaban Allah terhadap permohonan kita (Yoh. 16:23). Meskipun begitu, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum kita memanjatkan doa kepada Tuhan.
Kamis, 7 Agustus
MEMIKUL SALIB PRIBADI (Mati Bagi Diri Setiap Hari)
Transformasi rohani. Ketika seseorang dengan sungguh-sungguh menerima Yesus Kristus dan dibaptiskan, melalui pekerjaan Roh Kudus terjadilah suatu transformasi dalam diri orang itu: dari manusia lama menjadi manusia baru. Istilah "manusia lama" dan "manusia baru" adalah konsep Alkitab mengenai perubahan rohani yang berlangsung di dalam hati dan pikiran seseorang yang menjadi murid Yesus. "Orang yang sudah bersatu dengan Kristus, menjadi manusia baru sama sekali. Yang lama sudah tidak ada lagi--semuanya sudah menjadi baru" (2Kor. 5:17, BIMK). Transformasi rohani ini terjadi sebagai konsekuensi logis dari proses "dilahirkan kembali" sebagaimana yang Yesus berusaha terangkan kepada Nikodemus, yaitu kelahiran baru yang hanya bisa terjadi setelah seseorang mengalami "kematian" terhadap manusia lamanya (Yoh. 3:3-7).
Rasul Paulus menasihati, "Kalian sudah mendengar tentang Dia! Dan sebagai pengikut-pengikut-Nya, kalian sudah diajar juga tentang sifat-sifat Allah yang ada pada-Nya! Sebab itu tanggalkanlah manusia lama dengan pola kehidupan lama yang sedang dirusakkan oleh keinginan-keinginannya yang menyesatkan. Hendaklah hati dan pikiranmu dibaharui seluruhnya. Hendaklah kalian hidup sebagai manusia baru yang diciptakan menurut pola Allah; yaitu dengan tabiat yang benar, lurus dan suci" (Ef. 4:21-24, BIMK; huruf miring ditambahkan). Hal ini menyangkut sikap hidup, dan sikap itu diperlukan untuk penyempurnaan implementasi kehendak Allah dalam diri kita. Kata sang rasul lagi, "Kalian sekarang sudah diberi hidup yang baru. Kalian adalah manusia baru, yang sedang diperbarui terus-menerus oleh Penciptanya, yaitu Allah, menurut rupa-Nya sendiri. Maksudnya ialah supaya kalian mengenal Allah dengan sempurna" (Kol. 3:10, BIMK).
"Tentu akan menjadi sangat bagus jika manusia lama yang berdosa sudah mati untuk selama-lamanya ketika kita terkubur di bawah air baptisan. Akan tetapi, cepat atau lambat kita semua sudah membuktikan bahwa kebiasaan-kebiasaan dan kecenderungan-kecenderungan kita di masa lalu masih tetap hidup dan berusaha untuk kembali mengendalikan hidup kita. Sesudah pembaptisan kita, sifat lama kita harus dimatikan berulang-ulang. Itulah sebabnya Yesus mengaitkan kehidupan Kekristenan dengan salib" [alinea pertama: empat kalimat terakhir].
Menyangkal diri. Yesus berkata, "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (Mat. 10:38). Memang, Yesus sudah memikul salib Golgota sebagai cara yang ditentukan Allah untuk menebus manusia dari dosa, tetapi setiap orang yang ingin selamat harus bersedia memikul salibnya sendiri. Bukan berarti kita beroleh keselamatan berkat memikul salib pribadi kita, tetapi ini merupakan "lambang partisipasi" kita selaku pengikut Kristus sebagai tanda kesiapan untuk menjalani kehidupan sebagai manusia baru. "Setiap orang yang mau mengikut Aku," kata Yesus lagi, "ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya" (Luk. 9:23-24; huruf miring ditambahkan).
Kata Grika yang diterjemahkan dengan "menyangkal" dalam ayat ini adalah aparneomai, sebuah kata kerja yang dalam arti sempit sama dengan "menolak" tuduhan tentang adanya hubungan atau keterkaitan antara diri sendiri dengan orang lain, seperti digunakan dalam ayat-ayat yang berkisah tentang Petrus yang menyangkal Yesus (Mat. 26:75; Mrk. 14:72; Luk. 22:61). Tetapi dalam pengertian yang lebih luas, kata itu berarti "melupakan diri sendiri atau kehilangan minat pada kepentingan diri sendiri" (Strong; G533).
"Di zaman purba, korban-korban penyaliban tidak langsung mati. Biasanya mereka menderita selama berjam-jam, terkadang beberapa hari, sambil tergantung di kayu salib. Sifat lama kita, meskipun sudah disalibkan, berjuang untuk bertahan hidup dan turun dari salib...Tidaklah mudah menyangkal diri sendiri. Sifat lama kita terus bertahan; manusia lama kita tidak mau mati. Lagi pula, kita tidak dapat memakukan diri kita sendiri pada salib" [alinea ketiga: tiga kalimat terakhir; alinea keempat: tiga kalimat pertama].
Apa yang kita pelajari tentang mati bagi diri sendiri?
1. "Mati bagi diri sendiri" adalah konsep alkitabiah tentang penyangkalan diri, yaitu meninggalkan "manusia lama" (sifat yang dikuasai oleh dosa) untuk hidup sebagai "manusia baru" (sifat yang sudah disucikan). Seorang pengikut Kristus sejati harus hidup dituntun oleh Roh Kudus dengan kecenderungan untuk berlaku benar dan suci.
2. Untuk bisa "mati bagi diri sendiri" seseorang harus lebih dulu mengalami apa yang disebut "dilahirkan kembali" atau "ciptaan baru" di dalam Kristus. Sementara kelahiran baru dapat menjadi peristiwa yang hanya satu kali terjadi dalam hidup, mati bagi diri sendiri atau penyangkalan diri merupakan proses seumur hidup.
3. Makna dari "memikul salib setiap hari" adalah kesediaan dan ketahanan untuk menanggung kesusahan serta cobaan hidup. Sementara bagi banyak orang Kristen penderitaan lahir-batin akibat masalah ekonomi dan hubungan sosial sudah cukup berat, kita masih harus bergumul dengan perjuangan rohani menaklukkan sifat-sifat lama.
Jumat, 8 Agustus
PENUTUP
Bertarung dengan diri sendiri. Hampir setiap orang dewasa pernah mengalami--dan mengakui--bahwa musuh terbesar adalah diri sendiri. Kita bertarung melawan diri sendiri hampir dalam semua aspek kehidupan: temperamen, selera makan, hati nurani, pertemanan, cita-cita, kaidah agama, ambisi, termasuk juga dalam percintaan maupun pertandingan olahraga, dan lain-lain. Peperangan menghadapi diri sendiri ini bisa berlangsung setiap hari dan seumur hidup, bahkan tumpang-tindih pada hari yang sama.
"Peperangan melawan diri sendiri adalah peperangan terbesar yang pernah berlangsung. Penyerahan diri sendiri, memasrahkan segalanya pada kehendak Allah, menuntut suatu pergumulan; tetapi jiwa harus diserahkan kepada Allah sebelum itu diperbarui dalam kekudusan" [alinea pertama].
Dalam pertarungan apapun di dunia ini seringkali keberhasilan maupun kegagalan kita terletak pada dua hal utama, yakni motivasi dan stamina. Apakah keduanya tersedia dengan cukup dan berimbang dalam diri kita, atau tidak. Motivasi besar tapi stamina rendah, atau sebaliknya stamina tinggi tapi motivasi kecil, acapkali hanya menuai kegagalan. Dalam pertarungan rohani, kemenangan tidak semata-mata dicapai dengan motivasi (keselamatan) dan stamina (iman) dari pihak diri kita sendiri, tetapi lebih ditentukan oleh penyerahan pada kuasa Allah. Bahkan, kebergantungan kepada Tuhan sering merupakan satu-satunya sumberdaya untuk menaklukkan diri sendiri.
"Kita tidak dapat mempertahankan diri kita sendiri dan dipenuhi dengan kelengkapan Allah. Kita harus menghampakan diri. Kalau surga pada akhirnya kita peroleh, itu hanya akan melalui penolakan diri dan dengan menerima pikiran, roh, dan kehendak Yesus Kristus" [alinea kedua].
"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp. 4:13).
(Oleh Loddy Lintong/California, 7 Agustus 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar