Sabat Petang, 5 Juli
PENDAULUAN
Siapakah Kristus, menurut anda? Bagi kita orang Kristen yang hidup pada zaman ini tidak sulit untuk menjawab pertanyaan "Siapakah Anak Manusia itu"? Setelah mempelajari isi Alkitab, dan sesudah Kekristenan menjadi agama yang populer, pertanyaan Yesus ini menjadi terlalu mudah bagi kita sekarang. Tapi tidak demikian dengan rakyat Israel yang hidup di wilayah Yudea dan Galilea pada abad-abad permulaan itu, ketika identitas Yesus Kristus masih menjadi wacana umum yang kontroversial, dan terutama ketika untuk menyatakan kepercayaan kepada-Nya sebagai Mesias dan Anak Allah secara terbuka adalah sesuatu yang berbahaya.
Tatkala Yesus mengajukan pertanyaan itu kepada murid-murid-Nya yang sudah bersama-sama dengan Dia selama dua tahun lebih, tentu saja Yesus tidak sedang mencari tahu "tingkat elektabilitas" diri-Nya menurut survei pendapat umum seperti yang ramai dilakukan orang di tanah air beberapa bulan terakhir ini. Tapi sesungguhnya Yesus hendak membandingkan antara tanggapan masyarakat umum dengan murid-murid itu mengenai diri-Nya. "Tetapi menurut kalian sendiri, Aku ini siapa?" tanya Yesus kepada mereka (Mat. 16:15, BIMK). Melalui pertanyaan itu Yesus sedang menguji tingkat keyakinan murid-murid-Nya sendiri, bukan hendak mengukur tingkat popularitas-Nya.
Pertanyaan yang sama masih ditanyakan Yesus kepada setiap orang Kristen pada zaman ini. Tidak menjadi masalah apa kata orang mengenai Dia, karena yang lebih penting adalah apa kata anda dan saya tentang Dia. Yesus tidak terlalu peduli apa pendapat umum perihal diri-Nya, tapi yang paling ingin Dia ketahui adalah bagaimana keyakinan kita terhadap Dia. Siapakah Kristus, menurut anda?
"Cepat atau lambat, setiap orang harus menjawab pertanyaan yang sama ini. Masing-masing harus memutuskan, secara pribadi, siapa Yesus itu. Percuma untuk sekadar mengulangi apa yang orang lain katakan atau yakini; jawabannya harus murni sebagai keyakinan kita pribadi. Dan tentu saja pada jawaban itu nasib setiap manusia bergantung" [alinea kedua].
Minggu, 6 Juli
KEMANUSIAWIAN KRISTUS (Anak Manusia)
Pengakuan Yesus sendiri. Sebutan "Anak Manusia" adalah ungkapan yang menonjolkan kemanusiaan Yesus Kristus sebagai seorang yang kehadiran-Nya di atas dunia ini adalah karena dilahirkan oleh seorang manusia, yaitu perawan Maria. Kelahiran Yesus melalui proses yang "normal" sebagai bayi manusia biasa, meskipun pembuahan kandungan Maria adalah "ajaib" karena bukan melalui konsepsi manusia melainkan oleh Roh Kudus (Mat. 1:18). Dilahirkan oleh seorang perempuan bersahaja adalah cara yang dipilih Allah Bapa untuk menghadirkan Putra-Nya ke bumi ini (Luk. 1:26-37), sebuah cara penjelmaan yang direncanakan karena alasan-alasan khusus.
Dalam PL istilah "anak manusia" (bahasa Aram: bar 'enash) yang merujuk kepada Yesus Kristus hanya terdapat dalam kitab Daniel (7:13), dan dalam hal ini berbeda dari istilah "anak manusia" (bahasa Ibrani: ben 'adam) yang merujuk kepada manusia pada umumnya seperti yang terdapat dalam lima kitab Musa (Pentateukh) dan kitab Yehezkiel, misalnya. Para peneliti Alkitab meyakini bahwa ketika Yesus menyebut diri-Nya sebagai "Anak Manusia" (Grika: huios tou anthrōpou) maka yang dimaksudkan-Nya adalah dalam pengertian menurut kitab Daniel tersebut, meskipun Ia menggunakan istilah yang berlaku umum pada masa itu. Rasul Yohanes menyebut Yesus Kristus sebagai Firman, "Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah" (Yoh. 1:1), tetapi kemudian "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita" (ay. 14).
"Gelar ini, yakni 'Anak Manusia,' adalah penyebutan favorit bagi Diri-Nya. Ia menunjuk Diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia lebih dari delapan puluh kali. Orang-orang lain tidak pernah menyapa Dia seperti itu. Tentu saja Ia memilih sebutan istimewa ini bagi Diri-Nya dengan suatu maksud dalam pikiran" [alinea pertama].
Yesus sebagai manusia biasa. Adalah menarik untuk dicermati bahwa ketika dihadapkan ke pengadilan agama Yahudi lalu Imam Besar bertanya kepada-Nya, "Apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak" (Mat. 26:63), Yesus tidak langsung menjawab melainkan tetap diam. Baru setelah didesak lagi Ia menjawab, "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit" (ay. 64). Perhatikan, Yesus menanggapi pertanyaan itu bukan dengan cara yang menegaskan kemesiasan-Nya ataupun status-Nya sebagai Anak Allah, melainkan mempertegas keadaan-Nya pada saat itu sebagai "Anak Manusia" biasa.
Martin Hengel (1926-2009), pakar Perjanjian Baru kelahiran Jerman yang juga peneliti sejarah Yudaisme dan Helenisme, mengatakan bahwa istilah "Anak Manusia" yang terdapat sebanyak 81 kali dalam keempat injil--Matius, 30 kali; Markus, 14 kali; Lukas, 25 kali; Yohanes, 12 kali--itu merupakan "kata sandi terselubung" (veiled codeword) yang hanya digunakan oleh Kristus sendiri, dan bagi orang Yahudi dengan latar belakang pengenalan bahasa Aram bisa memahaminya tetapi orang banyak yang hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa Grika (kaum Helenisme) hampir tidak dapat memahami maksud sebenarnya. Di seluruh injil, hanya dua kali istilah "Anak Manusia" diucapkan selain oleh Yesus Kristus, yaitu orang banyak yang tidak mengerti apa artinya Anak Manusia akan dimuliakan atau ditinggikan (Mat. 24:30; 25:31; 26:64). "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?" (Yoh. 12:34).
"Bagi pemerhati yang sederhana, Yesus tampak seperti seorang manusia biasa yang berjalan di antara orang banyak sebagai salah satu dari mereka. Banyak orang sezaman-Nya yang tidak mengenal bahwa dalam Diri-Nya ada sesuatu yang lebih dari sekadar seorang manusia (Yoh. 7:46). Masyarakat memperlakukan Dia seperti salah seorang dari antara mereka; mereka menertawai Dia (Luk. 8:53), mencela Dia (Mat. 11:19), bahkan mengolok-olok dan memukuli Dia (Luk. 22:63). Bagi mereka, Ia hanya seorang manusia seperti yang lain" [alinea keempat].
Apa yang kita pelajari tentang Yesus Kristus sebagai "Anak Manusia"?
1. Istilah "Anak Manusia" adalah sebutan yang Yesus sendiri gunakan bagi diri-Nya untuk mempertegas status-Nya selaku manusia biasa selama hidup di dunia ini. Pengakuan tentang keadaan-Nya sebagai manusia biasa adalah penting karena menyangkut keteladanan yang hendak dihidupkan-Nya, dan sebagai ujian bagi manusia yang menyambut-Nya.
2. Bagaimana kita memahami makna "Anak Manusia" yang merujuk kepada Yesus Kristus itu penting, terutama dalam kaitannya dengan nubuatan nabi Daniel bilamana Kristus akan menerima kekuasaan dari tangan Bapa surgawi. "Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah" (Dan. 7:14).
3. Memiliki pengetahuan tentang mengapa Yesus Kristus menyebut Diri-Nya sebagai "Anak Manusia" adalah hal yang baik, tetapi lebih penting lagi ialah bagaimana sambutan kita terhadap Anak Manusia itu. Yesus menjelma menjadi manusia atas rencana Allah, supaya Dia boleh menebus anda dan saya melalui kematian-Nya di salib.
Senin, 7 Juli
KEILAHIAN KRISTUS (Anak Allah)
Hubungan yang unik. Dalam pelajaran kemarin (Minggu, 6 Juli) kita sudah pelajari bahwa Yesus Kristus disebut "Anak Manusia" karena kedatangan-Nya ke bumi ini melalui proses kelahiran yang normal melalui seorang perempuan, walaupun proses pembuahan kandungan itu tidak berdasarkan cara alamiah tetapi oleh kuasa Roh Kudus. Sebutan Yesus sebagai "Anak Allah" tentu saja tidak melalui proses kelahiran seperti halnya ketika Yesus datang ke dunia ini dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, tapi didasarkan pada hubungan antara Yesus Kristus dengan Allah Bapa. Karena itu, istilah "Anak Allah" tidak bisa dijelaskan dan dipahami menurut pengertian yang sama dengan Yesus sebagai "Anak Manusia." Yesus berkata bahwa Dia datang ke dunia ini karena diutus oleh Bapa-Nya di surga untuk suatu tugas istimewa, "supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa" (Yoh. 10:38).
"Hubungan mereka sebagai Bapa-Anak adalah unik. Kristus adalah satu-satunya Oknum di alam semesta ini yang memiliki jenis hubungan tersebut, sebab hanya Dia yang mempunyai sifat alamiah yang sama seperti Bapa itu. Sebagai orang percaya kita telah dianugerahkan dengan kesempatan istimewa menjadi anak-anak Allah. Tetapi Yesus selalu dan selamanya akan menjadi Anak Allah" [alinea kedua: empat kalimat terakhir].
Dalam konteks yang berbeda ada orang-orang selain Yesus Kristus yang juga disebut sebagai "anak-anak Allah." Penyebutan istilah ini pertama kali muncul dalam tulisan Musa tentang keadaan dunia ini setelah kejatuhan Adam dan Hawa, beberapa waktu sebelum prahara air bah, di mana manusia semakin bertambah banyak (Kej. 6:1-4). Siapa sebenarnya mereka yang disebut "anak-anak Allah" dalam ayat 2 dan 4 (Ibrani: ben 'elohiym) itu masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti Alkitab, ada yang mengatakan mereka adalah malaikat-malaikat pengikut Lusifer yang dibuang ke Bumi ini dan yang lain berkata bahwa mereka itu adalah para laki-laki masa itu yang telah kerasukan setan. Kelompok pertama mendasarkan pendapat mereka pada kitab Ayub (1:6 dan 2:1), sedangkan kelompok kedua mendasarkannya pada tulisan nabi Hosea (1:10; 11:1) dan injil Lukas (3:38).
Kesatuan dengan Bapa. Dalam banyak kesempatan Yesus Kristus menegaskan kesatuan hubungan-Nya dengan Bapa. Sebagai Anak Allah, Yesus menerima semua kewenangan dari Bapa sebab selain Diri-Nya tidak ada orang lain yang sungguh-sungguh mengenal Bapa (Mat. 11:27), dan oleh karena itu Bapa mengasihi Anak itu (Yoh. 3:35). Yesus dan Bapa-Nya terus bekerja bersama-sama (Yoh. 5:17), sebab Dia dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30). Hubungan Kristus sebagai Anak dengan Allah sebagai Bapa tentu saja bukan dalam arti "hubungan darah" seperti halnya seorang ayah dengan anaknya, tetapi lebih dalam arti hubungan keilahian.
Gambaran tentang hubungan itu dapat kita pahami dengan jelas melalui perumpamaan yang Yesus utarakan dalam Markus 12:1-12, tentang seorang pemilik kebun anggur yang menyewakannya kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke luar negeri. Pada waktu musim panen tiba dia menyuruh hamba-hambanya untuk mengambil bagian miliknya dari hasil kebun anggur itu, tetapi satu demi satu hamba-hamba yang diutusnya itu dipukuli dan disuruh pulang dengan tangan hampa, bahkan ada yang dibunuh. Akhirnya pemilik kebun anggur itu mengutus anaknya sendiri, tapi bukan perlakuan baik yang diterima anak itu melainkan mereka membunuhnya juga sehingga pemilik kebun anggur tersebut berniat untuk membinasakan para penggarap yang jahat itu. Kebun anggur itu melambangkan Israel, pemiliknya adalah Allah, para penggarap itu adalah pemuka-pemuka Israel, hamba-hamba yang diutus itu adalah para nabi, dan anak itu adalah Yesus Kristus. Kedudukan anak lebih tinggi dari hamba, tetapi anak itu tidak lebih tinggi dari bapaknya.
"Dengan merenungkan konsep ini kita bisa mengerti mengapa Yesus berkata: 'Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari dirinya sendiri, jikalau Dia tidak melihat Bapa mengerjakannya' (Yoh. 5:19); 'sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku' (Yoh. 5:30). Dari sudut pandang fungsional ini, Ia dapat berkata: 'Sebab Bapa lebih besar daripada Aku' (Yoh. 14:28)" [alinea terakhir: dua kalimat terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang Yesus Kristus sebagai Anak Allah?
1. Yesus Kristus adalah Anak Allah bukan dalam pengertian hubungan lahiriah melainkan hubungan keilahian. Ini adalah suatu hubungan unik yang tidak dimiliki oleh siapa pun di alam semesta ini, yaitu hubungan yang menyangkut persamaan sifat secara alamiah dan kuasa yang melekat pada kedua Oknum ilahi itu.
2. Yesus sendiri mengakui bahwa diri-Nya dan Bapa adalah "satu" (Grika: heis), sebuah kata ganti bersifat netral, yang dalam konteks ini berarti satu dalam kehendak, maksud, dan tujuan. Dalam doa-Nya Yesus berkata bahwa Bapa ada di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (Yoh. 17:21) yang mempertegas kesatuan hubungan mereka.
3. Kedudukan sebagai "Anak Allah" menjadikan Yesus Kristus setara dengan Bapa-Nya dalam pengertian otoritas (kewenangan), namun dalam pengertian fungsional Bapa lebih tinggi dari Dia. Hal ini ditunjukkan-Nya dalam beberapa cara, termasuk dalam hal datang-Nya kiamat dunia (Mat. 24:36).
Selasa, 8 Juli
YESUS SEBAGAI MESIAS (Sifat Keilahian Kristus: Bagian 1)
Pengakuan Yesus. Yesus Kristus lahir dan dibesarkan di tengah suasana bangsa Yahudi yang berada dalam penindasan bangsa Romawi dan karena itu sedang menantikan datangnya Mesias (Ibrani: mashiach, "diurapi"), dan secara tradisional dipercaya sebagai seorang yang diutus Allah untuk menjadi penyelamat bangsa itu. Ketika menyaksikan berbagai mujizat yang dilakukan Yesus, khususnya membangkitkan kembali orang mati, banyak dari antara mereka yang berharap inilah Mesias yang ditunggu-tunggu itu. Akan tetapi Yesus sendiri tidak pernah menegaskan secara terbuka perihal kemesiasan-Nya. Bahkan, ketika Petrus yang menjawab pertanyaan Gurunya itu menyatakan Dia adalah Mesias (Mat. 16:13-16), Yesus kemudian melarang mereka memberitahukan hal itu kepada siapapun (ay. 20). Apakah Yesus memang sengaja menyembunyikan identitas keilahian-Nya?
Tampaknya Yesus mempunyai alasan-alasan mendasar mengapa Ia tidak ingin menggembar-gemborkan soal kemesiasan-Nya. Alasan pertama, karena persepsi yang salah tentang Mesias. Masyarakat Yahudi waktu itu mengira bahwa Mesias akan datang sebagai raja baru yang akan membebaskan mereka dari cengkeraman penjajah Romawi. Tak lama setelah Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, dan kemudian Gurunya itu menyingkapkan nasib buruk yang bakal dialami-Nya, murid terdekat itu lalu "menegur" sang Guru sambil berharap hal itu tidak akan pernah terjadi (ay. 22). Tetapi Yesus balas menegurnya dengan cara lebih keras, "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia" (ay. 23; huruf miring ditambahkan).
Alasan kedua, Yesus ingin agar masyarakat mengenali kemesiasan-Nya dengan mencermati pekerjaan-pekerjaan yang sudah Ia lakukan bagi mereka. Itu sebabnya waktu mereka menuntut ketegasan apakah Dia adalah Mesias atau bukan (Yoh. 10:24), Yesus menjawab, "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku" (ay. 25-26).
"Sementara Yesus secara bertahap mengungkapkan sifat keilahian-Nya, kebanyakan para pendengar-Nya memahami Dia tetapi menolak untuk menerima pengakuan-Nya oleh sebab hal itu tidak cocok dengan gagasan mereka tentang Mesias yang sudah terbentuk sebelumnya. Ini terbukti dari permintaan mereka: 'Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami' (Yoh. 10:24). Sayangnya, konteksnya menunjukkan bahwa pertanyaan mereka itu tidak tulus" [alinea ketiga].
Mengampuni dosa. Dalam hukum agama Yahudi, menghujat nama Tuhan (Ibrani: birkat ha-shem) adalah kejahatan dengan hukuman rajam sampai mati (Im. 24:13-16). Menghujat nama Tuhan termasuk mengambil hak prerogatif Allah, semisal mengampuni dosa. Maka tatkala kaum Farisi dan ahli Taurat menyaksikan Yesus menyembuhkan seorang berpenyakit lumpuh yang diturunkan dari atas atap rumah itu dengan berkata, "Hai Saudara, dosamu sudah diampuni" (Luk. 5:20), mereka sangat marah tetapi tak berani berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa bergumam di antara satu sama lain, "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" (ay. 21). Tentu saja Yesus tahu apa yang pergunjingkan. "Tetapi supaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa," kata Yesus sambil berpaling kepada orang lumpuh itu, "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (ay. 24). Seketika itu juga orang lumpuh tersebut bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan.
Sebenarnya pemikiran orang Farisi dan ahli Taurat itu tidak salah sebab mereka mendasarkannya pada Kitabsuci, dalam hal ini Taurat Musa yang memang melarang tegas penghujatan dengan jalan mengambil hak Allah. Kesalahan dari para pemuka agama itu ialah tidak menyadari bahwa Allah sedang berada di hadapan mereka dalam sosok Yesus Kristus. Kesalahan seperti itu bisa terjadi sekarang ini, di antara umat yang mengaku percaya dan menyembah Allah tetapi tidak menyadari bahwa hadirat Allah ada di mana-mana, seringkali bahkan di tempat-tempat yang tidak kita sangka bahwa Allah ada di situ.
"Yesus mengklaim hak prerogatif ilahi untuk mengampuni dosa. Ia juga berkata bahwa Diri-Nya 'akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya' (Mat. 25:31), dan menghakimi segala bangsa, menentukan nasib yang abadi dari setiap orang, sesuatu yang menjadi wewenang Allah saja. Berapa banyak lagi yang Ia bisa lakukan di sini untuk menyatakan siapa Dia sebenarnya" [alinea terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang keilahian Yesus Kristus?
1. Orang Yahudi pada zaman Yesus sangat mengharapkan kedatangan seorang Mesias, tetapi bukan sebagai Pembebas dari belenggu dosa tapi dari belenggu penjajahan Romawi. Berharap pada Tuhan karena kebutuhan yang bersifat jasmaniah melebihi keperluan secara rohaniah dapat membuat kita tidak jeli akan pertolongan dari Tuhan.
2. Allah ingin dikenal melalui perbuatan-perbuatan-Nya, baik kepada dunia ini secara umum dan khususnya perbuatan Tuhan kepada diri kita secara pribadi. Pengingkaran atas perbuatan Allah yang ajaib dalam hidup kita itu sama dengan mengingkari keberadaan dan kekuasaan Allah itu sendiri.
3. Perbuatan Allah yang terbesar dan paling ajaib dalam hidup kita adalah mengampuni dosa-dosa kita sebagai hak prerogatif Allah yang tidak mungkin kita dapatkan dari siapapun. Sayangnya, kita cenderung kurang mengapresiasi anugerah pengampunan dosa itu sebesar kita mensyukuri berkat-berkat lahiriah yang Tuhan karuniakan kepada kita.
Rabu, 9 Juli
YESUS SEBAGAI ALLAH (Sifat Keilahian Kristus: Bagian 2)
Penegasan dari Bapa. Keilahian Yesus telah menjadi polemik selama berabad-abad, bahkan sejak Dia mulai dikenal di negeri-Nya sendiri. Alasan pokok mengapa para pemuka agama Yahudi bersama sebagian besar rakyat yang terpengaruh hendak membunuh Yesus bukan saja karena Ia dianggap telah melanggar hukum Sabat, tapi terutama karena pengakuan keilahian-Nya (Yoh. 5:18). Dalam tradisi agama Yahudi yang hanya mengenal satu Allah sebagai Pribadi tunggal, maka adalah suatu kejahatan terbesar yang layak dihukum mati kalau ada seseorang yang berani mengakui dirinya adalah atau sama dengan Allah.
Para pemuka agama Yahudi menjadi sangat marah tatkala Yesus menyatakan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahwa Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran" (ay. 19-20). Tentang keilahian-Nya itu Yesus mengatakan bahwa Dia tidak memerlukan kesaksian manusia, meskipun Dia menghargai kesaksian Yohanes Pembaptis kepada siapa orang banyak itu sudah meminta konfirmasi tentang jatidiri Yesus Kristus yang sesungguhnya (ay. 33-34).
"Petunjuk lainnya yang jelas tentang keilahian-Nya ditemukan dalam pernyataan-Nya soal eksistensi sebelum ini. Dia 'telah turun dari surga' (Yoh. 3:13) karena Bapa yang mengutus-Nya (Yoh. 5:23). Lalu, sekali lagi, Ia menegaskan soal pra eksistensi-Nya: 'Ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada' (Yoh. 17:5)" [alinea kedua].
Penegasan Yesus sendiri. Keilahian berkaitan erat dengan keabadian, dan keabadian berarti eksistensi yang tiada putus-putusnya sepanjang masa kekekalan. Tentang eksistensi-Nya sendiri Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada" (Yoh. 8:58). Di sini Yesus sedang menjelaskan bahwa Dia sudah ada sebelum nenek moyang pertama bangsa Israel itu ada, perkataan serupa yang Allah ucapkan kepada Musa tatkala mengutusnya untuk memimpin leluhur bangsa itu keluar dari Mesir menuju ke negeri perjanjian Kanaan (Kel. 3:13-15).
Terdapat lebih dari 40 kali sebutan "Anak Allah" di seluruh Alkitab, di antaranya yang berkaitan dengan kekudusan Yesus (Luk. 1:35) dan kuasa kebangkitan-Nya (Yoh. 5:25). Tetapi penjelasan Kitabsuci paling penting mengenai keilahian Yesus dan kedudukan-Nya sebagai Anak Allah terdapat dalam kitab Ibrani: "Tidak pernah Allah berkata begini kepada seorang malaikat pun, 'Engkaulah Anak-Ku; pada hari ini Aku menjadi Bapa-Mu.' Tidak pernah pula Allah berkata begini mengenai malaikat yang manapun juga, 'Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku'...Tetapi kepada Anak itu, Allah berkata, 'Takhta-Mu, ya Allah, akan kekal selama-lamanya! Pemerintahan-Mu adalah pemerintahan yang adil'" (ay. 5, 8, BIMK).
"Kitab-kitab Injil menunjukkan bahwa Yesus, tanpa memperlihatkan ketidaksetujuan, menerima penyembahan dari orang-orang lain. Dia mengetahui benar bahwa menurut Kitabsuci hanya Allah yang layak atas pemujaan manusia, karena Ia berkata kepada Setan: 'Sebab ada tertulis, engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti' (Mat. 4:10). Oleh karena itu, dengan menerima penyembahan dari orang-orang lain, Ia menyatakan keilahian-Nya" [alinea keempat: tiga kalimat pertama].
Apa yang kita pelajari tentang Yesus Kristus sebagai Allah?
1. Di tengah ketidakpercayaan bangsa-Nya sendiri tentang keilahian Yesus Kristus, Allah Bapa membuat pernyataan sesudah pembaptisan-Nya, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (Mat. 3:16-17). Sementara baptisan bagi orang biasa adalah pertunjukkan pertobatan, bagi Yesus pembaptisan-Nya adalah pertunjukkan tentang perkenan Bapa surgawi.
2. Keilahian Yesus Kristus dinyatakan dalam eksistensi-Nya sebelum dunia ini dijadikan dan keterlibatan-Nya dalam penciptaan alam semesta (Ibr. 1:2; Yoh. 1:10). Yesus Kristus sudah ada bersama-sama dengan Allah sebelum Abraham, nenek moyang pertama bangsa Israel.
3. Melalui pelayanan-Nya kepada manusia Yesus Kristus sudah berkali-kali menunjukkan keilahian-Nya melalui berbagai mujizat yang telah diadakan-Nya, termasuk membangkitkan orang mati. Hanya Allah sumber kehidupan, kalau Yesus bukan Allah tentu tidak mungkin Dia dapat membangkitkan orang yang sudah mati.
Kamis, 10 Juli
JURUSELAMAT DARI SURGA (Missi Kristus)
Memulihkan nama baik. Kedatangan Yesus Kristus yang pertama ke dunia ini membawa missi Bapa-Nya. Kita dapat menemukan banyak ayat dalam PB yang berkali-kali menyebutkan tentang hal ini (Mat. 10:40; Luk. 4:18; 9:48; Yoh. 5:24; dll). Bahkan Yesus berkata, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yoh. 4:34). Lalu, apa yang ingin dicapai dalam pengutusan Kristus ke dunia ini, yang merupakan kehendak Dia yang mengutus-Nya? Kata Yesus, "Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman" (Yoh. 6:38-39).
Reputasi (=nama baik) Allah telah dirusak oleh Setan dengan cara melukiskan seolah-olah Allah itu kejam dan sama sekali tidak peduli dengan nasib manusia yang sudah berdosa ini. Tetapi melalui kehidupan dan pelayanan-Nya yang lembut dan penuh kasih itu Yesus telah memulihkan citra Allah yang sebenarnya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia...Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh. 14:7, 9).
"Setan membuat tuduhan-tuduhan melawan Allah. Untuk menghadapi tuduhan-tuduhan itu maka Yesus sudah datang untuk menggambarkan tabiat Bapa, dan untuk memperbaiki konsep yang salah tentang Ketuhanan yang telah dikembangkan oleh banyak orang. Ia ingin agar kita mengenal Allah, karena mengenal Dia itu sangat penting demi untuk memiliki hidup kekal (Yoh. 17:3)" [alinea kedua].
Missi terbesar. Namun missi terpenting dan terbesar dari kedatangan Yesus yang pertama ke dunia ini adalah untuk menebus manusia dari dosa dengan cara menjalani kematian sebagai hukuman atas dosa. Yesus harus lahir dan bertumbuh dewasa, lalu melayani manusia selama sekitar tiga setengah tahun sebelum mati di salib. Apalah artinya semua missi yang lain itu kalau tidak diakhiri dengan missi penebusan manusia? Memperkenalkan karakter Bapa itu penting, menjadi teladan penurutan hukum Allah juga penting, dan mengajar cara hidup sebagai anak-anak Tuhan itupun penting, tetapi semuanya akan sia-sia kalau pada akhirnya seluruh manusia binasa juga.
Bayangkanlah seorang pelukis besar yang telah menghasilkan sebuah mahakarya yang agung tapi kemudian lukisan itu telah dicuri dari galerinya, dan belakangan dia menemukan lukisan itu berada di pasar loak dalam keadaan yang sudah kusam dan cacad akibat pemeliharaan yang buruk. Sebagai pelukis hebat dia dapat saja membuat lukisan baru yang bahkan bisa lebih indah dari lukisan tua yang sekarang sudah sangat jelek itu, tetapi karena pada lukisan itu masih tertera nama sang pelukis dan oleh sebab hubungan emosional yang kuat terhadap karyanya itu, lukisan tersebut dibelinya lalu dibawa pulang untuk disempurnakan kembali menjadi sebuah mahakarya baru nan indah yang akan dipajang di rumahnya sendiri dan takkan pernah dijual. Seperti itulah yang telah dilakukan Allah atas kita manusia: menciptakan, menebus, menyempurnakan kembali, dan memilikinya untuk selamanya!
Pena inspirasi menulis: "Kristus saja yang sanggup mewakili Ilahi. Dia yang sudah ada bersama Bapa dari permulaan, Dia yang adalah ungkapan citra Allah yang tak kelihatan itu saja yang memadai untuk melaksanakan tugas ini. Tidak ada uraian kata-kata dapat menyingkapkan Allah kepada dunia ini. Melalui kehidupan yang murni, suatu kehidupan ketaatan dan penurutan yang sempurna pada kehendak Allah, sebuah kehidupan kehinaan yang bahkan malaikat tertinggi di surga pun bisa menciut, Allah sendiri harus dinyatakan kepada umat manusia. Untuk melaksanakan ini Juruselamat kita membalut keilahian-Nya dengan kemanusiaan. Ia mengenakan sifat-sifat manusiawi karena hanya dengan cara ini Dia dapat dipahami oleh umat manusia. Hanya kemanusiaan dapat menjangkau manusia. Ia menghidupkan tabiat Allah melalui tubuh manusia yang Allah sediakan bagi-Nya. Ia memberkati dunia ini oleh mengamalkan kehidupan Allah dalam daging manusia, dan dengan demikian menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa untuk mempersatukan kemanusiawian dengan keilahian" (Ellen G. White, Review and Herald, 25 Juni 1895).
Apa yang kita pelajari tentang missi Kristus pada kedatangan-Nya yang pertama di dunia ini?
1. Yesus sudah datang ke dunia ini pada 20 abad silam dengan membawa missi dari Allah Bapa, antara lain adalah untuk memperkenalkan tabiat Bapa melalui kehidupan pelayanan-Nya selama tiga setengah tahun. Tapi missi utama-Nya adalah mati sebagai Penebus manusia supaya dapat membawa orang-orang yang percaya kepada-Nya untuk dibawa kepada Bapa.
2. Kematian Yesus adalah "harga" yang harus dibayar oleh Allah sendiri untuk menebus manusia yang sudah tergadai kepada Setan akibat dosa Adam dan Hawa serta dosa-dosa kita pribadi masing-masing. Jadi, kita adalah kepunyaan Allah karena dua alasan yang sah: Dia yang menciptakan kita dan kemudian menebusnya lagi.
3. Rasul Paulus berkata, "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah" (1Kor. 1:18). Salib adalah lambang kematian yang hina, tetapi dari salib Kristus mengalir kehidupan nan mulia bagi semua yang percaya.
Jumat, 11 Juli
PENUTUP
Jaminan hidup kekal. Meski di dunia ada banyak sekali perusahaan asuransi yang menawarkan asuransi jiwa (dalam bahasa Inggris disebut "life insurance"), tidak pernah ada yang dapat menjamin bahwa pemegang polisnya akan mendapat penggantian jiwa bila dia kehilangan nyawa. Dan memang hanya orang yang kurang waras saja yang berharap bahwa dengan menutup asuransi jiwa dan membayar premi setiap bulan maka jiwanya terjamin. Asuransi jiwa, sebagaimana kita tahu, adalah asuransi yang preminya dibayar oleh pemegang polis itu sendiri agar ahli warisnya bisa menerima santunan uang bila dia meninggal dunia. Sehingga ada seorang suami yang baru mengetahui kalau istrinya berselingkuh setelah dia sedang meregang nyawa akibat kanker ganas, berkata kepada sahabatnya: "Selama ini saya sudah membayar premi asuransi jiwa dengan setia untuk seorang istri yang tidak setia."
Barangkali dapat dikatakan bahwa kesetiaan kepada Tuhan adalah semacam "premi" yang kita bayar untuk jaminan hidup kekal yang akan diberikan oleh Tuhan nanti, dan jaminan itu merupakan benefit (manfaat atau keuntungan) yang akan diterima sendiri dan langsung oleh orang yang telah setia mempertahankan imannya. Dalam soal jaminan hidup kekal tidak ada seorangpun yang dapat membayar "premi" untuk orang lain, atau membagikan kesetiaannya demi keselamatan orang lain. Hanya Yesus Kristus saja yang dapat membagikan kesetiaan-Nya kepada Allah Bapa itu untuk menjamin hidup kekal bagi manusia, yaitu setiap orang yang percaya kepada-Nya (Mrk. 16:16; Kis. 16:31).
"Di dalam Kristus adalah kehidupan, asli, bukan pinjaman, dan tidak diperoleh dari orang lain. 'Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup' (1Yoh. 5:12). Keilahian Kristus merupkan jaminan hidup kekal bagi orang percaya" [alinea kedua].
"Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya" (1Tim. 4:10).
(Oleh Loddy Lintong/California, 9 Juli 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar