Syaloom

Selamat datang bagi pengunjung blog ini, terima kasih atas kunjungan anda pada blog ini anda dapat download lagu-lagu rohani khusus quartet (male or ladies) termasuk partitur yang kami telah sediakan.

Blog ini khusus saya buat untuk membantu teman-teman yang mempunyai hobi menyanyi lagu-lagu rohani tetapi pada saat tertentu tidak mempunyai cukup partiture. Dan sesuai dengan judulnya maka blog ini khusus dibuat untuk quartet grup vokal, apakah itu male quartet atau ladies quartet.

Banyak orang didunia ini dan hampir semua orang yang ada di jagad raya ini menyukai musik. Sebab itu saya ingin mengajak semua teman-teman yang ingin partisipasi dalam blog ini saya persilahkan untuk memberi saran dan bahan untuk memajukan grup-grup quartet. Sering kita menyanyikan sebuah lagu dengan baik dan pendengar cuma menyukai harmoninya saja tetapi pekabaran dalam lagu itu sendiri tidak didapat karena pendengar tersebut tidak mengerti bahasa yang dinyanyikan dalam lagu tersebut untuk itu melalui blog ini saya sekali lagi mengajak siapapun untuk urung rembuk agar blog ini disukai dan dapat bermafaat buat kita semua.

Untuk itu saya akan mencoba untuk mentransfer dari partiture aslinya kedalam bahasa Indonesia. Shalom regards,

GBU
E. Nanlohy



TRANSLATORS...

Jumat, 25 Juli 2014

PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE IV JULY 26,2014: "MENYAMBUT KESELAMATAN DARI SURGA"



Sabat Petang, 19 Juli
PENDAHULUAN

Kematian dan keselamatan. Marcus Aurelius, filsuf sekaligus kaisar Romawi yang berkuasa tahun 161-180, dalam bukunya Meditation (Grika: Ta eis heauton), menulis: "Kematian tersenyum kepada kita semua, dan apa yang dapat dilakukan oleh semua orang hanyalah balas tersenyum." Kematian memang tidak diskriminatif, siapa saja didatanginya tanpa pandang buluh. Karena kenyataan inilah maka sebagian orang telah menerima kematian itu sebagai bagian dari kehidupan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kematian itu diperlukan dalam kehidupan manusia untuk memberi jalan bagi regenerasi dan pembaruan. Suka atau tidak, siap maupun tidak, kematian adalah peristiwa keseharian kita.

Tetapi "kematian" dalam perspektif iman Kristiani terbagi ke dalam dua pengertian, yaitu kematian sementara dan kematian abadi. Akibat dosa maka semua manusia harus mati, namun bukan mati satu kali saja tetapi ada kematian kedua bahkan ketiga bagi orang-orang yang tidak beroleh keselamatan. Orang-orang jahat yang tidak bertobat dan sudah mati sekarang ini akan dibangkitkan pada kedatangan Yesus Kristus kedua kali untuk kemudian mati lagi tertimpa cahaya kemuliaan-Nya, dan akan bangkit kembali sesudah masa seribu tahun untuk dibinasakan selamanya dalam api neraka. Orang-orang jahat yang masih hidup pada kedatangan Kristus kedua kali akan mengalami kematian dua kali, yaitu akibat tertimpa cahaya kemuliaan Kristus saat itu dan hangus dalam api neraka seribu tahun kemudian.

Orang-orang benar, yaitu orang berdosa yang sudah bertobat dan menerima keselamatan oleh kasih karunia Allah, yang sekarang ini sudah mati akan dibangkitkan pada hari kedatangan Yesus Kristus kedua kali untuk menerima tubuh yang baka. Sedangkan orang-orang benar yang masih hidup pada hari kedatangan Kristus kedua kali tidak akan pernah mengalami kematian, tetapi langsung diubahkan dan menerima tubuh yang baka lalu diangkat ke surga bersama Kristus. "Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah" (1Kor. 15:51-52).

"Alkitab begitu jelas. Kita hanya mempunyai dua pilihan sehubungan dengan dosa-dosa kita: apakah kita membayar dosa-dosa kita di lautan api, atau kita menerima pembayaran dari Kristus bagi mereka di kayu salib. Sementara kita mengulas anugerah kasih karunia Allah melalui Kristus, marilah kita sekali lagi dengan rendah hati memperbarui iman kita kepada Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita" [alinea terakhir].

Minggu, 20 Juli
KASIH ALLAH YANG MENYELAMATKAN (Keselamatan adalah Anugerah dari Allah)

Keunggulan pemberian Allah. Kalau ada satu ayat Alkitab yang paling populer serta paling dihafal oleh orang Kristen maka ayat itu adalah Yohanes 3:16, sebuah ayat yang sering disebut sebagai intisari dari seluruh isi Kitabsuci: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Pada ayat ini terkandung hal-hal yang bersifat superlatif ("yang paling" atau "yang ter-"): 1. Allah (kuasa terbesar); 2. kasih Allah (sifat teragung); 3. Anak Allah yang tunggal (karunia terbesar); 4. kepada setiap orang (sasaran terluas); 5. percaya kepada Yesus (keyakinan terbesar); 6. tidak binasa (kelepasan terbesar); dan 7. hidup kekal (pemberian terbesar). Tidak ada yang dapat menandingi keunggulan dari setiap hal yang disebutkan dalam ayat ini: tidak ada yang lebih besar dari Allah; tidak ada yang lebih agung dari kasih Allah; tidak ada karunia yang lebih berharga dari Anak Allah; tidak ada distribusi kasih yang lebih luas dari yang ditujukan kepada setiap manusia; tidak ada keyakinan yang lebih besar dari percaya kepada Kristus; tidak ada kelepasan yang lebih berarti dibanding luput dari kebinasaan; dan tidak ada hadiah yang lebih besar dari hidup kekal.

"Kata kerja bahasa Inggris mencintai, khususnya cara sederhana yang sering digunakan sekarang ini, sama sekali tidak memadai untuk mengungkapkan kedalaman hasrat yang dinyatakan dalam kata kerja bahasa Grika agapaō, yakni 'mengasihi.' Dalam Perjanjian Baru istilah ini dan kata kerja yang berkaitan dengan itu, agape, menyingkapkan kasih Allah yang dalam dan tetap terhadap ciptaan-Nya, yang sama sekali tidak layak akan kasih ini. Kasih merupakan ciri yang unggul dari sifat Allah. Ia bukan saja mengasihi kita, tapi Dia adalah kasih (1Yoh. 4:8)" [alinea kesatu].

Dalam PB terdapat beberapa kata Grika berbeda yang berkaitan dengan "pemberian." Misalnya dōron, kata benda yang diterjemahkan dengan hadiah sebagai ungkapan rasa hormat yang ditujukan kepada Tuhan, misalnya yang terdapat dalam Mat. 2:11; 5:23-24; Luk. 21:1, 4. Dari kata ini muncul kata bentukan dōrea yang mengandung arti pemberian cuma-cuma yang berasal dari Allah, seperti digunakan dalam Yoh. 4:10; Kis. 2:38; 8:20; 2Kor. 9:15; Ef. 4:7; Ibr. 6:4. Kata lainnya adalah charisma, yaitu kata benda yang berhubungan dengan karunia ilahi untuk menolong manusia menunaikan pekerjaan Tuhan, seperti yang digunakan dalam Rm. 1:11; 12:6; 1Kor. 12:4, 9; 1Ptr. 4:10. Tetapi pada Rm. 5:15-17 dan Rm. 6:23 yang bertutur tentang kasih karunia Allah dalam konteks hidup kekal atau keselamatan bagi manusia, kata dōrea dan charisma digunakan secara bersama-sama.

Menyambut kasih karunia Allah. Perumpamaan Yesus tentang dua orang yang berdoa di Bait Allah, yaitu orang Farisi dan pemungut cukai, merupakan sindiran tajam terhadap orang-orang yang merasa dirinya paling benar di hadapan Tuhan. Bahkan kesan tentang hal ini sudah tercetus di awal penuturan oleh Lukas yang menulis, "Yesus menceritakan juga perumpamaan ini yang ditujukan-Nya kepada orang yang memandang rendah orang lain, tetapi yakin bahwa dirinya sendiri baik"  (Luk. 18:9, BIMK; huruf miring ditambahkan).

Sebenarnya, apa salahnya bersyukur kepada Tuhan sekiranya kita bisa mengamalkan suatu kehidupan yang saleh dan taat hukum seperti orang Farisi itu (ay. 11-12)? Bukankah kita harus bersyukur atas segala sesuatu (Ef. 5:20; 1Tes. 5:18), dan khususnya sebagai orang Kristen kita juga harus hidup sempurna dan kudus (Mat. 5:48; 1Ptr. 1:15)? Orang Farisi itu berkata benar tentang kehidupan rohani dirinya sendiri dan tidak mengada-ada tentang kelakuan si pemungut cukai. Masalahnya, dengan merasa dirinya sudah suci dan sempurna maka orang Farisi tersebut sudah puas dengan kehidupan kerohaniannya oleh usahanya sendiri dan dengan demikian tidak membutuhkan karunia Tuhan. Sebaliknya, pemungut cukai itu menyadari dosa-dosanya sambil memohon karunia pengampunan dari Allah, sehingga "orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak" (ay. 14).

"Ya, hal itu sama sekali tidak sepantasnya. Begitulah jalan keselamatan. Itulah karunia dari Allah. Karunia-karunia itu tidak diusahakan; itu hanya sekadar diterima. Kita tidak dapat membeli keselamatan; kita cuma menerima saja. Meskipun Yesus tidak pernah menggunakan istilah kasih karunia, Ia dengan jelas mengajarkan bahwa keselamatan adalah oleh kasih karunia, dan kasih karunia itu sedang diberikan meski anda tidak pantas menerimanya" [alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang keselamatan sebagai karunia dari Allah?
1. Keselamatan abadi adalah karunia Allah terbesar yang pernah diberikan kepada manusia, bahkan karunia itu menjadi lebih besar lagi oleh karena hal itu diberikan secara cuma-cuma kepada manusia yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Keselamatan abadi jauh lebih berharga daripada keselamatan dalam kehidupan sementara di dunia ini.
2. Karunia keselamatan adalah efek dari tabiat Allah yang maha kasih, bukan upah dari amal ibadah kita. Karena itu, sementara kita harus terus berusaha untuk menyempurnakan hidup kita selaras dengan kehendak Allah, jangan sekali-kali kita melecehkan atau menganggap enteng orang lain yang kita anggap kurang dari kita.
3. Keselamatan merupakan pemberian Allah yang ajaib, bukan saja karena keselamatan itu diberikan secara cuma-cuma kepada siapa saja yang percaya tetapi karena itu dianugerahkan kepada orang berdosa yang sebenarnya tidak pantas untuk menerimanya. Iman sajalah yang membuat kita layak memperoleh keselamatan abadi yang tak ternilai itu.

Senin, 21 Juli
MENYELAMATKAN MANUSIA YANG MEMBERONTAK (Keselamatan: Prakarsa Allah)

Diutus oleh Bapa. Alkitab mengajarkan kepada kita melalui tulisan rasul Paulus: "Allah mengasihi kalian, itu sebabnya Ia menyelamatkan kalian karena kalian percaya kepada Yesus. Keselamatan kalian itu bukanlah hasil usahamu sendiri. Itu adalah anugerah Allah. Jadi, tidak ada seorang pun yang dapat menyombongkan dirinya mengenai hal itu" (Ef. 2:8-9, BIMK). Kalimat pertama dari ayat ini merupakan konfirmasi atas apa yang ditulis oleh rasul Yohanes seperti yang kita pelajari kemarin (Yoh. 3:16). Namun pada kalimat berikutnya Paulus lebih menandaskan lagi tentang keselamatan sebagai "anugerah Allah" dan sama sekali kita manusia tidak mempunyai kredit apapun dalam hal ini. Keselamatan adalah murni pemberian Allah secara gratis.

Oleh karena keselamatan itu memang dirancang sebagai suatu pemberian yang semata-mata berasal dari Allah, tanpa partisipasi dalam bentuk apapun dari manusia, maka tentu saja keselamatan merupakan hasil dari prakarsa Allah sendiri. Keselamatan itu sudah dicanangkan-Nya di Taman Eden tak lama setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, ketika Allah berfirman, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kej. 3:15). Berdasarkan pengumuman ini, yang di kalangan Kristen disebut sebagai "Injil Pertama" (proto evangelium), maka pada waktu yang telah ditentukan Allah telah "mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus...supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu" (Kis. 3:20, 26).

"Yesus tidak datang ke dunia ini karena kita mengundang-Nya, tetapi oleh sebab Bapa, karena kasih kepada kita, sudah mengutus Dia. Prakarsa Bapa itu ditegaskan oleh kalimat yang sering digunakan Kristus 'Dia yang mengutus Aku' dan 'Bapa yang mengutus aku' (Baca Yoh. 7:28; 8:29; 12;49)...Bukan hanya Bapa yang terlibat, tapi Anak juga memiliki peran sangat aktif dalam keselamatan kita. Ia sudah datang dengan suatu missi yang pasti" [alinea pertama: dua kalimat terakhir; alinea ketiga: dua kalimat pertama].

Tindakan Allah yang aktif. Seperti pada pelajaran Sabat pertama triwulan ini yang telah kita pelajari beberapa pekan lalu, bahwa tiga perumpamaan Yesus yang tercatat dalam Lukas pasal 15 melambangkan tiga jenis manusia yang bertobat kepada Tuhan. "Mereka yang digambarkan sebagai 'domba yang hilang' (ay. 4-7) adalah orang-orang berdosa yang menyadari dirinya tersesat tapi tidak dapat pulang sendiri karena belenggu dosa yang menjerat; mereka yang digambarkan sebagai 'dirham yang hilang' (ay. 8-10) adalah orang-orang berdosa yang tidak menyadari keadaan mereka; sedangkan mereka yang digambarkan sebagai 'anak bungsu yang hilang' (ay. 11-24) adalah orang-orang berdosa yang sadar serta menyesal akan keadaan mereka dan memutuskan untuk pulang." (Lihat ulasan saya untuk Pelajaran hari Selasa, 1 Juli; "MENGENAL TABIAT BAPA--Kasih Bapa Surgawi Kita").

Adalah sesuatu yang tidak lazim pada zaman dulu bagi seorang ayah yang masih hidup untuk memberi warisan seperti yang diminta oleh anaknya yang bungsu, maka perumpamaan Yesus ini menegaskan tentang kebaikan Bapa itu di satu pihak dan sikap keras kepala manusia di pihak lain. Menuntut hak warisan dari ayah yang masih hidup adalah suatu tindakan memberontak terhadap orangtua, tapi dalam hal ini Allah digambarkan sebagai Bapa surgawi yang baik dan "mengizinkan" manusia menggunakan hak kebebasan memilih mereka sekalipun itu berarti membiarkan pemberontakan dengan segala akibatnya. Seperti ayah yang baik hati itu, Allah pun tahu bahwa pilihan manusia akan mencelakakan diri mereka sendiri dan juga membuat-Nya bersedih. Bahkan, Allah juga sudah tahu bahwa membiarkan manusia memberontak itu bakal menuntut harga penebusan yang sangat mahal sekiranya Ia mau menyelamatkan mereka dari kebinasaan. Namun, Allah tetap melakukannya!

"Perumpamaan-perumpamaan kembaran ini menunjukkan bahwa Allah tidak menunggu secara pasif agar kita datang kepada-Nya, tetapi secara aktif mencari kita. Kita memiliki Allah yang berusaha mencari. Tidak menjadi soal bahwa kita tersesat jauh di tempat yang berbahaya atau bahkan hilang di rumah; Tuhan akan mencari kita tanpa kenal lelah sampai Ia menemukan kita" [alinea keempat].

Apa yang kita pelajari tentang keselamatan manusia sebagai inisiatif Allah?
1. Kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini yang pertama kali, yaitu Anak Allah dalam sosok manusia, adalah untuk melakukan tindakan penyelamatan manusia. Kristus adalah ujud dari kegenapan janji Allah kepada nenek moyang pertama manusia di Taman Eden, dan Ia datang sebagai "utusan" Bapa surgawi.
2. Allah kita bukan saja Allah yang maha pengasih tapi juga sangat konsekuen. Ia tahu ketidakmampuan manusia untuk menyelamatkan diri sendiri dari akibat dosa, dan kasih-Nya mendorong Dia untuk bertindak mengambil inisiatif demi keselamatan manusia. Allah bukan saja memanggil kita pulang, tapi juga menjemput kita pulang kepada-Nya.
3. Manusia berdosa bahkan tidak menyadari keadaan mereka yang akan binasa kalau bukan karena tindakan Allah yang didorong oleh kasih. "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1Yoh. 4:10).

Selasa, 22 Juli
MATI GANTI KITA (Kematian yang Diwajibkan)

Anak Domba Allah. Istilah "anak domba" (Grika: amnos) digunakan sebanyak empat kali dalam empat ayat di PB, seluruhnya dikaitkan dengan Allah (Grika: theos) dan merujuk kepada Yesus Kristus sebagai Mesias. Adalah Yohanes Pembaptis yang pertama kali menggunakan istilah "Anak Domba Allah" yang ditujukannya kepada Kristus (Yoh. 1:29, 39). Bagi masyarakat Yahudi yang hingga zaman Yesus Kristus tetap menyelenggarakan ritual kurban bakaran di kaabah sebagai lambang penghapusan dosa berdasarkan hukum Musa, anak domba (Ibrani: seh) adalah hewan kurban sehari-hari dan karena itu mereka sangat paham tentang artinya. Namun mereka tidak mengerti bahwa anak domba yang melambangkan kurban penebusan dosa itu sudah datang dan hidup di antara mereka dalam sosok Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah.

Ketika menteri keuangan Etiopia berkunjung ke Yerusalem dia telah membeli sebuah salinan kitab Yesaya yang dibacanya sepanjang perjalanan pulang meskipun dia tidak mengerti apa yang dibacanya, sampai Roh Tuhan membawa Filipus kepadanya untuk memberi penjelasan (Kis. 8:27-31). Pada saat itu pembantu terdekat Kandake--sebutan untuk ratu negeri Etiopia, mungkin dalam hal ini Amanikhatashan yang berkuasa tahun 62-85 TM--tersebut sedang membaca bagian yang berbunyi: "Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya" (ay. 32; bandingkan dengan Yes. 53:7).

"Oleh karena itu, dengan memperkenalkan Yesus sebagai 'Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia' (Yoh. 1:29), Yohanes Pembaptis sedang mengungkapkan sifat pengganti dari kematian penebusan Kristus...Selama pelayanan-Nya, Yesus berulang kali mengumumkan kematian-Nya meskipun bagi murid-murid itu sulit untuk mengerti mengapa Ia harus mati (Mat. 16:22). Secara bertahap Yesus menjelaskan tujuan agung dari kematian-Nya" [alinea pertama: kalimat terakhir; alinea kedua].

Gembala yang baik. Kalau Yohanes Pembaptis menyebut Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah, Yesus sendiri sering menyebut diri-Nya sebagai Gembala. "Akulah Gembala yang baik," kata-Nya. "Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Yoh. 10:11). Penyebutan yang berbeda bahkan berlawanan ini bukan berarti suatu kontroversi, melainkan menunjukkan perbedaan perspektif (=sudut pandang). Yohanes Pembaptis melihat Yesus Kristus dari sudut missi penebusan, sedangkan Yesus memandang dari sudut maksud penebusan. Kristus sudah datang ke dunia ini untuk menjalankan missi mati sebagai Penebus, dan melalui kematian-Nya itu maksud dari penebusan demi menyediakan jalan keselamatan bagi manusia dapat tercapai.

Untuk menjalankan missi-Nya maka Yesus harus menjadi Anak Domba sebagai kurban penebusan; untuk menyelamatkan manusia Yesus rela menjadi Gembala yang Baik dengan menyerahkan nyawa-Nya. Kesediaan menyerahkan diri-Nya menjadi sebagai Anak Domba Allah berkorelasi dengan kerelaan untuk menjadikan diri-Nya sebagai Gembala yang Baik. Kematian pengganti yang dijalani Yesus itu adalah tuntutan hukum sebab "upah dosa adalah maut" (Rm. 6:23), dan kesediaan-Nya "untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mat. 20:28) membuktikan bahwa Yesus pantas menyebut diri-Nya sebagai Gembala yang Baik, yaitu gembala yang mengenal dan dikenal oleh "domba-domba" untuk siapa Dia sudah mati (Yoh. 10:14).

"Penting untuk diperhatikan bahwa Yesus mati secara sukarela. Seperti Bapa sudah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, demikianlah Anak itu telah memberikan nyawa-Nya sendiri untuk menebus umat manusia. Tidak ada yang memaksa Dia untuk melakukannya. 'Tidak ada seorang pun mengambilnya (nyawa-Ku) dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri,' Yesus menyatakan (Yoh. 10:18)...Bahkan Kayafas, yang secara terbuka menolak Yesus dan memimpin komplotan untuk membunuh Dia, tanpa sadar mengakui kematian pengganti Yesus (Yoh. 11:49-51)" [dua alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang kematian Yesus Kristus?
1. Kematian Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah adalah bukti kepatuhan-Nya terhadap kehendak Allah dan tuntutan hukum Allah; kerelaan-Nya untuk menyerahkan nyawa-Nya adalah bukti kelayakan-Nya sebagai Gembala yang Baik. Pada kematian penebusan Kristus bertumpu seluruh pembuktian tentang kasih Allah kepada manusia.
2. Kematian Yesus Kristus adalah konsekuensi dari sebuah pilihan dan kesepakatan, ketika Allah Bapa memilih untuk menyelamatkan manusia yang berdosa dan Allah Anak sepakat untuk melaksanakannya. Banyak pelajar Alkitab percaya bahwa ketetapan itu telah dibuat di surga sebelum Allah menjenguk Adam dan Hawa di Taman Eden sesudah mereka berdosa.
3. Pergumulan sangat luar biasa yang dialami Yesus Kristus di Taman Getsemane sebelum penyaliban-Nya menandakan bahwa meskipun kematian penebusan itu sudah ditetapkan oleh Bapa, keterlaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada Yesus yang akan menjalaninya (Mrk. 14:36). Yesus harus meminum isi "cawan" yang semestinya untuk kita.

Rabu, 23 Juli
KRISTUS SEBAGAI PEMBEBAS (Bebas dari Dosa)

Hamba dosa. Dalam Perjanjian Baru, kata Grika (bahasa asli PB) yang digunakan untuk "hamba" adalah doulos, yang secara harfiah berarti "orang yang melayani." Kata ini sekarang menjadi populer dengan adanya sebuah profesi khusus kaum hawa yang disebut "doula" (diartikan sebagai "seorang wanita yang melayani"), yaitu perempuan dewasa yang sudah dilatih dengan ketrampilan khusus untuk menyediakan bantuan fisik dan emosional maupun informasi-informasi kepada ibu-ibu muda yang sedang hamil tua, khususnya pada kehamilan pertama, agar siap menjalani persalinan dengan lancar dan nyaman. Jadi, pada prinsipnya kata yang diambil dari bahasa Yunani ini berkaitan dengan pelayanan atau melayani. Kata lainnya yang berkaitan dengan itu adalah pais, yang secara harfiah berarti "budak" dan dalam PB digunakan untuk anak kecil (misalnya: Mat. 17:18; Luk. 9:42) maupun pelayan atau hamba (Mat. 10:24; Mrk. 13:4).

Kepada orang Kristen di kota Roma rasul Paulus menulis, "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran...Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal" (Rm. 6:20, 22). Di sini kata asli yang digunakan untuk hamba adalah doulos, jadi "hamba dosa" artinya "seorang yang melayani dosa" atau orang yang tertawan oleh dosa dan tunduk kepada kemauan dari dosa itu. Sesuai dengan nubuatan nabi Yesaya, Kristus telah datang ke dunia ini "untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan...untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:19).

"Tanpa Kristus, kita adalah hamba dosa, hamba terhadap dorongan-dorongan jahat dari sifat alamiah manusia yang telah jatuh. Kita hidup dalam cara yang mementingkan diri, menyenangkan diri kita sendiri gantinya hidup bagi kemuliaan Allah. Akibat yang tak terelakkan dari perhambaan rohani ini adalah kematian, karena upah dosa ialah maut" [alinea pertama].

Merdeka dari dosa. Berbicara kepada orang Yahudi di halaman Bait Allah, Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka" (Yoh. 8:34-36; huruf miring ditambahkan). Kata Grika yang diterjemahkan dengan "benar-benar" di sini adalah ontōs, satu-satunya di seluruh injil Yohanes, sebuah kata keterangan yang juga berarti sesungguhnya atau faktanya sebagai lawan kata dari pura-pura atau palsu. Jadi, kemerdekaan dari dosa yang Kristus sediakan adalah kebebasan sejati dari pengaruh dosa.

"Para pendengar Yesus percaya pada faktor keturunan mereka dari Abraham sebagai pengharapan mereka bagi kemerdekaan. Kita pun menghadapi risiko yang sama. Musuh itu ingin agar kita mengandalkan pada apa saja--contohnya: pengetahuan doktrin kita, kesalehan diri kita, atau catatan pelayanan kita bagi Allah--apa saja selain Kristus untuk kesalamatan kita. Tetapi tak satupun dari semua ini, betapapun itu kelihatan penting, memiliki kuasa untuk membebaskan kita dari dosa dan hukumannya. Satu-satunya Pembebas sejati adalah Anak itu yang tidak pernah diperbudak oleh dosa" [alinea ketiga: lima kalimat terakhir].

Seseorang yang dosa-dosanya diampuni adalah orang yang sangat berbahagia, terutama jika dia menyadari bahwa kepahitan hidupnya berkaitan langsung dengan dosa-dosanya di masa lampau. Dalam keyakinan seperti itulah maka seorang wanita tak dikenal yang tampaknya sudah lama ingin bertemu dengan Yesus itu telah datang sambil membawa satu buli-buli pualam berisi minyak wangi untuk mengurapi Yesus yang sedang berada di rumah Simon orang Farisi itu (Luk. 7:36-38). Yesus yang membaca pikiran Simon lalu menegur dan menyadarkan dia tentang arti pengampunan dosa, dengan berkata: "Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih" (ay. 47). Kemudian Yesus berpaling kepada perempuan itu, "Dosamu telah diampuni" (ay. 48).

Apa yang kita pelajari tentang dibebaskan dari dosa?
1. Menjadi "hamba dosa" adalah situasi di mana kita telah kehilangan kemampuan untuk mengamalkan kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan, sebuah situasi di mana manusia tertawan oleh dosa dan di dalam dosa. Seperti Paulus kita pun akan berkata, "bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat" (Rm. 7:15).
2. Kedatangan Anak Allah yang pertama bukan saja untuk menyediakan jalan keselamatan bagi manusia, tetapi terutama untuk membebaskan kita dari belenggu dosa yang tak mampu dilawan oleh kekuatan kita. Kematian adalah akibat yang sah dari dosa; keselamatan adalah konsekuensi logis dari pengampunan dosa.
3. Dibebaskan dari dosa lebih luas dan dalam dari sekadar diampuni dari dosa, namun dibebaskan dari dosa selalu diawali dengan pengampunan dari dosa. Keadaan "diampuni dari dosa" membersihkan masa lalu seseorang, sedangkan "dibebaskan dari dosa" menyanggupkan dia mengalahkan dosa di masa depan.

Kamis, 24 Juli
BERKAT PENGAMPUNAN DOSA (Kristus Memberikan Hidup Kekal kepada Kita)

Janji hidup kekal. Bagi orang-orang yang hidup dalam perjuangan untuk bisa bertahan hidup, khususnya mereka yang terus-menerus bergumul dengan masalah ekonomi dan penyakit, mungkin janji hidup kekal tidak terlalu menarik kedengarannya ketimbang bagi mereka yang hidup bergelimang kekayaan dan sehat tanpa penyakit. Logikanya, hidup senang membuat seseorang lebih menghargai kehidupan dan menimbulkan keinginan untuk umur panjang, tetapi hidup susah cenderung mematikan hasrat terhadap kehidupan dan untuk hidup lama. Bagaimana supaya janji hidup kekal ini bisa menjadi tawaran yang menarik bagi semua orang, dan dengan demikian memicu keinginan mereka untuk percaya kepada Yesus Kristus, "supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:15)?

Secara aktual hidup kekal memang baru bisa dinikmati setelah kedatangan Yesus Kristus kedua kali ketika orang saleh diubahkan kepada kesempurnaan dan tubuh mereka mengenakan keadaan yang tidak akan binasa (1Kor. 15:52), tetapi secara faktual hidup kekal itu sudah dimiliki oleh setiap orang sejak mereka berada di bawah kasih karunia dan tidak dikuasai lagi oleh dosa selagi hidup di dunia sekarang ini (Rm. 6:14-15). Jadi, hidup kekal yang Yesus tawarkan bukan janji yang baru akan dipenuhi nanti tetapi itu adalah janji yang sudah bisa dinikmati sekarang juga.

"Bilamana Yesus menjadi Juruselamat kita, hidup kita memperoleh suatu makna yang sepenuhnya baru dan kita dapat menikmati kehidupan yang lebih kaya dan lebih lengkap. 'Aku datang,' Yesus berkata, 'supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan' (Yoh. 10:10). Gantinya kesenangan dunia yang fana, yang memenuhi kita tanpa benar-benar memuaskan kita, Ia menawarkan kepada kita suatu kehidupan yang diamalkan dalam cara yang sama sekali berbeda, penuh dengan kepuasan yang tiada habis-habisnya di dalam Dia. Hidup baru yang berkelimpahan ini mencakup seluruh keberadaan kita" [alinea ketiga: empat kalimat pertama].

Roti hidup. Yesus berkata, "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi...Inilah roti yang turun dari surga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia" (Yoh. 6:35, 50-51). Yesus mengucapkan kata-kata ini kepada orang banyak yang kemarin baru dikenyangkan oleh memakan roti jelai dan ikan dengan cara yang sangat ajaib sehingga mereka berniat hendak menobatkan-Nya sebagai raja (ay. 15).

Roti adalah makanan pokok masyarakat pada zaman itu, dan dengan menyebut diri-Nya sebagai "roti hidup" Yesus sedang meyakinkan orang banyak itu bahwa mereka sangat memerlukan Dia setiap hari. Roti yang mereka makan sehari sebelumnya itu hanya bisa memuaskan rasa lapar secara fisik yang bersifat sementara, tetapi roti hidup yang Yesus tawarkan kepada mereka akan memuaskan kebutuhan rohani yang berujung pada hidup kekal. Tawaran itu adalah pilihan yang dihadapkan kepada manusia, bukan paksaan. "Semua orang yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku. Aku tidak akan menolak siapa pun yang datang kepada-Ku," Yesus menjamin. Namun Ia juga menegaskan, "Tak seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa yang mengutus Aku tidak membawa dia kepada-Ku; dan siapa yang datang, akan Kubangkitkan pada Hari Kiamat" (ay. 37, 44, BIMK).

Pena inspirasi menulis: "Allah mengasihi mereka yang ditebus melalui Kristus, bahkan seperti Ia mengasihi Putra-Nya. Betapa sebuah pemikiran yang luar biasa! Dapatkah Allah mengasihi orang berdosa sebagaimana Ia mengasihi Putra-Nya sendiri? Ya; Kristus sudah mengatakannya, dan Ia mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Ia akan menghargai semua tuntutan kita kalau kita mau menggenggam janji-Nya oleh iman yang hidup dan menaruh percaya kita pada-Nya. Pandanglah kepada-Nya, dan hidup...Kebenaran yang ajaib, terlalu sukar bagi manusia untuk memahaminya!" (Ellen G. White, Selected Messages, Bk. I, hlm. 300).

Apa yang kita pelajari tentang janji hidup kekal yang akan diberikan oleh Kristus?
1. Hidup kekal yang Yesus tawarkan kepada anda dan saya tidak ada kaitannya dan tak sebanding dengan kehidupan sementara yang kita jalani sekarang ini. "Sebab aku yakin," kata Paulus, "bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Rm. 8:18).
2. Secara jasmaniah hidup kekal yang dijanjikan Kristus itu akan dialami oleh semua orang saleh yang setia pada hari kedatangan-Nya yang kedua kali nanti, tetapi secara rohaniah setiap orang percaya yang menerima Dia sekarang sudah dapat menikmatinya. Kehidupan rohani yang kita amalkan sekarang akan bermuara kepada kehidupan jasmani yang akan datang.
3. Kristus adalah "roti hidup" yang akan mengenyangkan kebutuhan rohani apabila kita "memakan" roti hidup itu seperti memakan roti sehari-hari. 
Seperti kata Yesus, "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat. 4:4; bandingkan dengan Ul. 8:3).

Jumat, 25 Juli
PENUTUP

Salib Kristus dan keangkuhan manusia. Tidak seperti Lusifer yang "hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi" (Yes. 14:14), Kristus sebaliknya telah "mengambil rupa seorang hamba, dan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Flp. 2:7-8). Akibat dosa maka kita manusia mewarisi sifat kesombongan Lusifer, tetapi berkat pengaruh dari salib maka kita bisa mengembangkan tabiat Yesus Kristus yang rendah hati.

"Rencana keselamatan diagungkan di hadapan kita, dan pemikiran tentang Golgota menggugah perasaan-perasaan yang hidup dan suci di hati kita. Puji-pujian kepada Allah dan Anak Domba akan terdapat dalam hati kita dan bibir kita; karena kesombongan dan pemujaan diri sendiri tidak dapat tumbuh subur dalam jiwa yang senantiasa mengenang peristiwa Golgota" [alinea kesatu: dua kalimat terakhir].

Barangkali, dosa utama yang paling sulit ditaklukkan oleh manusia adalah kesombongan. Sejak kecil kepada kita sudah diajarkan dan ditanamkan rasa percaya diri yang memang diperlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup, tetapi di mata awam antara rasa percaya diri dan kesombongan batasnya sangat tipis bahkan seringkali saling bertumpang-tindih. Sementara untuk menjadi pengikut Kristus sejati kepada kita dituntut untuk rendah hati yang memang dibutuhkan dalam kehidupan rohani, padahal dalam pemandangan awam antara rendah hati dan rendah diri pun batasnya tipis sekali bahkan nyaris sulit dibedakan. Tetapi kunci kemenangan atas keangkuhan adalah pada salib Kristus yang sanggup menyerap dan meniadakan kesombongan manusia.

"Semakin kita merenungkan salib Kristus, kian sempurna kita akan meniru gaya bahasa sang rasul ketika dia mengatakan, 'tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.' Gal. 6:14" [alinea kedua: kalimat terakhir].

"Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku'" (Mat. 16:24).

(Oleh Loddy Lintong/California, 23 Juli 2014)

Jumat, 18 Juli 2014

PELAJARAN SEKOLAH SABAT Ke III 19 July 2014: "PENDAMPING SURGAWI YANG KITA PERLUKAN"










Sabat Petang, 12 Juli
PENDAHULUAN

Mengenal Roh Kudus. Siapa atau apa itu Roh Kudus? Sementara pada umumnya aliran Kristen meyakini bahwa Roh Kudus adalah satu Pribadi--yakni Oknum ketiga dalam Tritunggal ilahi--ada sebagian, misalnya Saksi Yehovah dan Mormon, yang mengajarkan bahwa Roh Kudus hanyalah sebuah kekuatan atau kuasa. Kalau Roh Kudus itu bukan satu pribadi tentu Dia tidak bisa berkata-kata dan tidak memiliki emosi, tetapi Kitabsuci menyatakan bahwa Roh itu bisa berbicara (Kis. 13:2) dan merasa berduka (Ef. 4:30), bahkan juga dapat memberi rasa sukacita kepada manusia (Rm. 14:17) dan mempunyai sesuatu kehendak atau kemauan (1Kor. 12:11, BIMK).

Dalam Alkitab setidaknya dua kali Roh Allah itu muncul secara simbolik dalam bentuk yang kongkret dan kasat mata, yaitu sebagai seekor burung merpati pada saat Yesus dibaptis (Mat. 3:16-17; Luk. 3:21-22) dan lidah api pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-4). Namun secara abstrak Roh Kudus juga digambarkan sebagai air (Yoh. 7:37-39), minyak (1Sam. 16:13; Luk. 4:18), dan angin (Yoh. 3:8). Bahkan, pada masa penciptaan Roh itu "melayang-layang di atas permukaan air" (Kej. 1:2). Kata Ibrani yang digunakan untuk Roh dalam ayat ini adalah ruwach, sebuah kata benda feminin yang sering diterjemahkan sebagai "angin" atau "nafas" (Strong; H7307), sebuah istilah yang padanannya dalam PB adalah pneûma (Strong; G4151).

Roh Kudus--sering disebut Roh Allah--adalah Oknum Tritunggal ilahi yang kepribadian-Nya paling minim diutarakan dalam Alkitab, dibandingkan dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Namun demikian, dalam hal aktivitas-Nya kita bisa menemukan banyak sekali catatan tentang apa saja yang telah dilakukan-Nya sepanjang riwayat manusia. Roh Kudus sudah terlibat dalam penciptaan bumi dan manusia, maupun dalam rencana keselamatan (baca Mat. 1:18, 20 dan Rm. 8:11). Ia juga terlibat dalam usaha penginjilan dan dalam memperlengkapi manusia untuk pekerjaan Tuhan, terlibat dalam proses pertobatan manusia, menguduskan hati manusia, mengarahkan manusia untuk bernubuat, memberi kuasa untuk mengadakan mujizat, dan juga dalam menguatkan hati manusia. Bahkan, "Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan...berdoa untuk orang-orang kudus" (Rm. 8:26-27).

"Alkitab memberi kita banyak informasi tentang pekerjaan Roh, tapi sedikit bertutur perihal sifat alamiah-Nya...Alasan lain timbul dari pelayanan Roh Kudus. Ia secara terus-menerus berusaha untuk memusatkan perhatian kita kepada Kristus, bukan kepada Pribadi-Nya sendiri. Dalam rencana keselamatan, Roh itu memainkan peran yang lebih rendah, melayani Bapa dan Anak, meskipun pada dasarnya fungsi ini tidak mengisyaratkan kedudukan yang lebih rendah" [alinea pertama: kalimat terakhir; alinea kedua].

Minggu, 13 Juli
PENOLONG DAN PENGHIBUR (Mewakili Kristus)

Penolong yang dijanjikan. Ketika berkumpul bersama murid-murid menjelang kematian-Nya, Yesus dapat merasakan kesedihan mereka yang akan kehilangan kehadiran-Nya. Namun bukan soal kesedihan itu saja yang membuat Yesus menjanjikan kepada mereka "seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya" (Yoh. 14:16), melainkan karena Dia juga menyadari bahwa murid-murid itu sangat membutuhkan "Roh Kebenaran" yang mereka kenal untuk menyertai dan diam di hati mereka (ay. 17). "Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu," kata Yesus kepada murid-murid-Nya (ay. 18).

"Dengan ketakutan dan kesedihan, murid-murid mendengarkan sementara Yesus mengumumkan kematian-Nya yang sudah dekat. Bilamana mereka kehilangan kehadiran-Nya, siapakah yang akan menjadi Guru, Sahabat, dan Penasihat mereka? Mengetahui kebutuhan mereka yang sangat mendesak, Kristus berjanji mengirim utusan-Nya untuk menemani mereka" [alinea pertama].

Jadi, Roh Kebenaran, yaitu Roh Kudus, adalah Penolong dan Penghibur (Grika: paraklētos) yang dijanjikan. Kata Grika yang arti harfiahnya adalah "orang yang dipanggil untuk menolong seseorang" ini digunakan sebanyak lima kali pada lima ayat, semuanya dalam tulisan rasul Yohanes, termasuk yang merujuk kepada Yesus Kristus sendiri yang disebut sebagai "pengantara" (1Yoh. 2:1) atau "pembela" (versi BIMK).

Penerus Kristus. Berdasarkan maksud dan tujuan penugasan-Nya maka dapat dikatakan bahwa Roh Kudus merupakan "penerus" dari Yesus Kristus menyangkut kebutuhan dan hubungan dengan murid-murid. Tetapi sebagaimana akan terbukti di kemudian hari, Roh Kudus bukan sekadar pengisi kekosongan Kristus melainkan "pelengkap yang dibutuhkan" oleh murid-murid Yesus yang mula-mula itu maupun juga murid-murid Kristus sepanjang masa hingga zaman akhir ini. Bahkan, dalam pengertian tertentu pekerjaan Roh Kudus lebih berat dan semakin sibuk menjelang kedatangan Yesus Kristus kedua kali.

"Selama pelayanan-Nya di dunia Kristus adalah Penasihat, Penolong dan Penghibur murid-murid itu. Karena itu sangat tepat bagi penerus-Nya untuk menerima julukan yang sama. Roh Kudus diutus oleh Bapa atas permintaan Anak, dan di dalam nama Anak itu (Yoh. 14:16, 26) Roh melanjutkan pekerjaan Kristus di bumi ini" [alinea ketiga].

Keberadaan Yesus Kristus di dunia ini dalam sosok manusia untuk missi surgawi tentu saja hanya untuk sementara waktu dan dengan demikian sangat terbatas masanya untuk dapat bersama-sama dengan para murid itu. Setelah menunaikan missi utama-Nya untuk mati sebagai Penebus dosa dan Juruselamat manusia, Yesus harus segera kembali ke surga karena pekerjaan lain menunggu Dia di sana, yaitu untuk menjalankan tugas keimamatan surgawi. Tetapi Roh Kudus yang datang menggantikan tempat Yesus Kristus mempunyai waktu yang tidak terbatas untuk menemani manusia, satu demi satu secara pribadi sampai saat terakhir.

Apa yang kita pelajari tentang Roh Kudus yang mewakili Kristus?
1. Roh Kudus sudah ada dan bekerja di antara manusia sejak dunia ini dijadikan, tapi sejak kenaikan Yesus Kristus ke surga peran Roh itu menjadi lebih istimewa. Seperti Yesus katakan, "Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" (Yoh. 14:26).
2. Roh Kudus diutus ke dunia ini bukan saja untuk menemani para murid yang mula-mula itu tapi juga untuk semua murid Kristus sepanjang zaman. Meskipun anda dan saya tidak dapat melihat atau meraba Roh itu, sebagaimana murid-murid pertama terhadap Yesus, namun kita dapat merasakan kedekatan-Nya kalau kita mengenal Dia (Yoh. 14:17).
3. Kehadiran Roh Kudus menghadirkan ketersediaan kuasa Roh itu bagi kita untuk melawan keinginan daging (Gal. 5:16-17), dan pada gilirannya kita akan menghasilkan buah-buah Roh (ay. 22-23). "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki" (ay. 25-26).

Senin, 14 Juli
BUKAN SEKADAR SUATU KUASA (Roh Kudus adalah Satu Pribadi)

Sifat alamiah Roh. Roh Kudus disebut sebagai satu pribadi (a person) yang mandiri karena memiliki sifat-sifat alamiah, antara lain mampu mengetahui rahasia Allah (1Kor. 2:10-11) dan untuk memimpin manusia (Rm. 8:14). Roh itu juga memiliki emosi semisal rasa kasih (Rm. 15:30) dan berduka (Ef. 4:30; Yes. 63:10), dapat berkata-kata (Kis. 8:29; 10:19; Yoh. 16:13), mengajar (Yoh. 14:26), bersaksi (Yoh. 15:26), dan menginsafkan dunia (Yoh. 16:8). Sebagai pribadi Roh itu bahkan bisa didustai (Kis. 5:3), ditentang (Kis. 7:51) maupun dihina oleh manusia (Ibr. 10:29).

Roh Kudus adalah sebagai Oknum ilahi karena Dia harus disebut bersama-sama dengan dua Oknum ilahi lainnya pada setiap upacara baptisan (Mat. 28:19). Roh itu juga memiliki ciri-ciri keilahian seperti kekal (Ibr. 9:14), mahakuasa (Luk. 1:35), hadir di mana-mana (Mzm. 139:7), dan dapat memberi hidup (Rm. 8:2) maupun sebagai sumber berbagai karunia (1Kor. 12:8-11). Bahkan, menentang dan menghujat Roh Kudus lebih besar dosanya daripada menghujat dan menentang Yesus Kristus sendiri (Mat. 12:31-32).

Tentu saja pikiran manusia yang paling cerdas sekalipun tidak mampu untuk memahami sepenuhnya kepribadian Roh Kudus sehingga hal itu menjadi sebagai rahasia bagi kita. "Mengenai rahasia seperti itu, yang terlampau dalam bagi pengertian manusia, diam itu emas...Jadi, meskipun kita dibatasi oleh sifat kemanusiaan kita, melalui Kitabsuci setidak-tidaknya kita dapat mengetahui bahwa Roh Kudus adalah satu Pribadi dan bahwa Dia adalah ilahi. Apa yang Yesus katakan tentang Roh Kudus mempertegas kesimpulan ini" [alinea pertama: kalimat terakhir; alinea kedua: dua kalimat terakhir].

Kepribadian Roh. Mengenai Roh Kudus itu Yesus Kristus berkata, "Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu...Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku" (Yoh. 14:26; 15:26; huruf miring ditambahkan). Kata Grika yang diterjemahkan dengan "Dia" dan "Ia" dalam kedua ayat ini adalah ekeinos, sebuah kata ganti orang ketiga yang dalam PB digunakan secara bergantian untuk dia, mereka dan itu.

Alkitab mencatat bahwa dalam berbagai aktivitas-Nya sebagai Penolong bagi murid-murid, Roh Kudus dapat ikut membuat keputusan bersama manusia (Kis. 15:28), atau mengambil keputusan sendiri untuk ditaati oleh murid-murid itu (Kis. 16:6-7). Roh Kudus itulah yang menentukan bahwa Paulus dan Barnabas harus dikhususkan menjadi missionaris kepada bangsa-bangsa non-Yahudi dan orang-orang Yahudi yang bermukim di negeri-negeri asing (Kis. 13:2, 4). Roh itu jugalah yang telah menuntun Yohanes Pewahyu untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa zaman akhir melalui penglihatan-penglihatan yang disingkapkan kepadanya (Why. 1:10; 4:2), dan Roh yang sama itu pula terlibat dalam mendorong semangat ketujuh jemaat di akhir zaman (Why. 2:11, 17, 29--3:6, 13, 22).

"Sebab Roh Kudus adalah satu Pribadi ilahi, kita harus dengan rendah hati menyerahkan diri kepada kehendak dan bimbingan-Nya. Kita akan mengundang Dia tinggal di hati kita (Rm. 8:9) untuk mengubah hidup kita (Tit. 3:5) dan menghasilkan buah-buah Roh dalam tabiat kita (Gal. 5:22-23). Mengandalkan diri sendiri kita tidak berdaya; hanya melalui kuasa-Nya yang bekerja dalam diri kita maka kita dapat menjadi seperti apa yang telah dijanjikan kepada kita di dalam Yesus" [alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang Roh Kudus sebagai satu Pribadi?
1. Roh Kudus memiliki ciri-ciri sifat sebagai satu pribadi yang mandiri, bukan sekadar kuasa ilahi yang melekat pada Allah. Sebagai satu pribadi yang merupakan bagian dari Tritunggal ilahi, Roh itu dapat bertindak dan berbuat menurut kehendak hati-Nya serta kuasa keilahian-Nya yang tak terbatas, namun tetap dalam keselarasan dengan Allah Bapa dan Anak.
2. Roh Kudus mempunyai kuasa untuk mempengaruhi manusia maupun kewenangan untuk memutuskan sesuatu bagi manusia. Namun, seperti juga terhadap Allah Bapa dan Yesus Kristus, kita manusia seringkali membuat Roh itu berduka dan kecewa ketika kita menentang serta melawan kehendak-Nya yang baik bagi kita.
3. Sebagaimana terhadap Allah Bapa dan Yesus Kristus, anda dan saya diwajibkan untuk menghormati Roh Kudus dengan cara berserah kepada tuntunan-Nya. Hanya di dalam penyerahan diri maka Roh itu dapat bekerja dalam diri kita masing-masing untuk menghasilkan buah-buah Roh dan dengan demikian memenuhi harapan Kristus pada kita.

Selasa, 15 Juli
TRITUNGGAL ILAHI YANG SETARA (Roh Kudus adalah Ilahi)

Kesetaraan dengan Allah dan Kristus. Roh Kudus seringkali disebut sebagai Roh Allah dan Roh Kristus yang menunjukkan kedekatan serta kesetaraan Roh itu dengan kedua Oknum ilahi. Roh Kudus terlibat dalam segala aspek yang berkaitan dengan manusia, aktif sejak dunia ini dijadikan (Kej. 1:2) hingga pada penutupan sejarah dunia ini (Why. 22:17). Rasul Paulus dalam tuntunan Roh menulis, "Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang" (1Kor. 12:4-6; huruf miring ditambahkan). Pada bagian lain dari suratnya sang rasul juga mencerminkan kesetaraan ketiga Oknum ilahi itu dengan menulis, "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian" (2Kor. 13:13).

Ungkapan kesetaraan Tritunggal yang sama disebutkan pula oleh rasul Petrus pada permulaan suratnya, "Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya" (1Ptr. 1:1-2; huruf miring ditambahkan). Pola kesetaraan yang sama tercermin juga dalam perintah Yesus Kristus, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Mat. 28:19; huruf miring ditambahkan). Secara implisit menunjukkan bahwa sebuah baptisan menjadi tidak sah apabila Roh Kudus atau salah satu dari kedua Oknum Tritunggal lainnya itu tidak disebutkan.

"Ketika Yesus memperkenalkan Roh Kudus kepada murid-murid, Ia menyebut-Nya Penolong 'yang lain' (Yoh 14:16). Kata Grika yang Yesus gunakan untuk 'yang lain' adalah allos, artinya 'yang lain dari jenis yang sama,' berbeda dengan heteros, 'yang lain dari jenis atau kualitas berbeda.' Keserupaan sifat alamiah yang sama yang mengikat Bapa dan Anak itu dinyatakan dalam hubungan antara Anak dan Roh Kudus" [alinea pertama].

Menghujat Roh Kudus. Dari apa yang kita pelajari di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Roh Kudus yang diutus Allah untuk mendampingi murid-murid itu bukan saja Penolong yang lain tapi juga "yang setara" dengan Kristus, satu Pribadi yang berbeda tapi sama-sama sebagai Oknum ilahi yang sederajat. Ketika Petrus menegur Ananias yang berbohong tentang persembahannya, sang rasul berkata bahwa "mendustai Roh Kudus" (Kis. 5:3) itu sama dengan "mendustai Allah" (ay. 4). Dengan menggunakan anak kalimat "seperti yang dikatakan Roh Kudus" (Ibr. 3:7), penulis kitab Ibrani juga menyamakan Roh Kudus dengan Allah ketika mengamarkan bangsa Israel agar tidak mengeraskan hati seperti yang dilakukan nenek moyang mereka yang "telah mencobai Aku dengan jalan menguji Aku" (ay. 9). Dalam pengembaraan di padang gurun dulu leluhur bangsa Israel itu sudah meragukan kuasa Allah, dan sekarang Roh Kudus memberi peringatan kepada mereka tentang hal ini.

Yesus berkata: "Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak" (Mat. 12:31-32). Seperti yang Yesus sendiri jelaskan bahwa pelayanan Roh Kudus ialah "bersaksi" tentang diri-Nya (Yoh. 15:26), dan jika seseorang menolak kesaksian Roh itu tentang Yesus maka orang itu telah menghujat Roh Kudus terhadap mana dia tidak akan diampuni. Seseorang mungkin meremehkan Yesus Kristus, tetapi anda tidak dapat meremehkan Roh Kudus tanpa akibat yang fatal bagi keselamatan jiwa anda.

"Perbandingan antara berbicara menentang Anak Manusia, suatu dosa yang bisa diampuni, dan berbicara menentang Roh Kudus, satu dosa yang tidak dapat diampuni, menunjukkan bahwa Roh itu bukanlah oknum biasa. Menghujat adalah dosa yang secara langsung melawan Allah. Maka dengan demikian kita menyimpulkan bahwa Roh Kudus adalah salah satu dari tiga Oknum Keilahian. Meskipun banyak yang sudah ditulis tentang 'dosa yang tak dapat diampuni,' konteksnya yang langsung menunjukkan orang-orang yang bersikeras menentang Roh dan peran-Nya dalam keselamatan sehingga mereka menghubungkan pekerjaan-Nya itu dengan Iblis!" [alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang keilahian Roh Kudus?
1. Roh Kudus adalah bagian integral dan tak terpisahkan dari ketritunggalan ilahi. Dalam konsep Tritunggal, keilahian Roh Kudus menempatkan-Nya setara dengan Allah Bapa dan Allah Anak di mana ketiga Oknum ilahi itu terikat dalam keselarasan meskipun masing-masing menjalankan peran yang berbeda-beda.
2. Penyebutan Roh Kudus bersama-sama dengan Allah Bapa dan Allah Anak dalam beberapa ayat Alkitab mencerminkan kesetaraan dan integritas ketiga Oknum ilahi itu. Sebutan "Oknum ketiga" untuk Roh Kudus sebagai anggota Tritunggal ilahi itu bukan istilah alkitabiah dan tidak mencerminkan kedudukan yang terendah dalam keilahian.
3. Dalam hal interaksi dengan manusia dapat dikatakan bahwa peran Allah Bapa paling menonjol selama zaman PL, peran Allah Anak menonjol pada permulaan zaman PB, dan peran Allah Roh lebih menonjol pada pasca kenaikan Yesus Kristus. Dalam perspektif Trinitas, mungkin fakta-fakta ini bisa memperkuat konsep ketritunggalan ilahi, tapi ini hanya pendapat pribadi saja.

Rabu, 16 Juli
PENOLONG DAN MISSI-NYA (Pekerjaan Roh Kudus)

Kristus dan Roh Kudus. Berdasarkan Kongres Wina di Austria pada tahun 1815 telah diakui kesetaraan dari setiap negara, dan dalam Konvensi Wina tahun 1961 diatur tentang keberadaan dutabesar dari sebuah negara yang ditempatkan di negara-negara sahabat sebagai perwakilan pemerintah dan rakyat dari negara bersangkutan. Seorang dutabesar diangkat oleh presiden untuk ditugaskan atas nama seluruh rakyat dan bangsa, karena itu dia tidak lebih tinggi dari presiden. Setiap dutabesar mengemban missi dari negara yang diwakilinya, dan kovensi mengatur bahwa dirinya bersama keluarganya berhak memperoleh perlindungan dan kekebalan diplomatik dari negara di mana dia ditempatkan. Karena fungsi dan peran representasinya itu maka perlakuan terhadap seorang dutabesar negara asing pada hakikatnya melambangkan perlakuan terhadap pemerintah dan rakyat dari negara yang diwakilinya. Penghormatan ataupun penghinaan yang ditujukan kepada seorang dutabesar asing merupakan penghormatan ataupun penghinaan terhadap negara yang diwakilinya.

Ketika Yesus mengatakan bahwa menghujat Roh Kudus adalah dosa yang tidak dapat diampuni (Mat. 12:31), pernyataan itu bukan menunjukkan bahwa kedudukan Roh Kudus lebih tinggi dalam ketritunggalan ilahi, tetapi hal itu lebih menekankan pada "tingkat kejahatan" tersebut oleh sebab kehadiran Roh Kudus di tengah manusia itu melambangkan seluruh keilahian. Menghujat Roh itu sama dengan menghujat keseluruhan Tritunggal ilahi bahkan segenap surga. "Dan kalau Ia datang," kata Yesus mengenai Roh Kudus, "Ia akan menyatakan kepada dunia arti sebenarnya dari dosa, dari apa yang benar, dan dari hukuman Allah. Ia akan menyatakan bahwa tidak percaya kepada-Ku adalah dosa" (Yoh. 16:8-9, BIMK).

"Siapakah yang mengambil obat kecuali kalau mereka mengakui bahwa mereka sedang sakit? Dengan tanda yang sama, kita tidak dapat diselamatkan kecuali kalau kita menyadari bahwa kita orang berdosa. Dengan lembut namun terus-menerus Roh Kudus meyakinkan kita bahwa kita sudah berdosa, bersalah, dan berada di bawah penghakiman yang benar dari Allah...Sekali kita dinyatakan berdosa (yang menyiratkan pertobatan dari dosa-dosa kita) dan dibimbing kepada Yesus dan kebenaran-Nya, kita siap bagi Roh Kudus untuk melakukan pekerjaan-Nya yang terbesar" [alinea kedua dan keempat].

Dilahirkan oleh Roh. Terhadap perkataan Yesus tentang perlunya "dilahirkan kembali" supaya dapat "melihat kerajaan Allah" (Yoh. 3:3), Nikodemus menanggapi: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" (ay. 4). Ini bukan tanggapan yang dungu dari seorang pemimpin agama Yahudi sekaliber Nikodemus, tetapi tokoh Farisi itu sedang berusaha mengikuti jalan pikiran Yesus dalam konteks analogis. Itu sebabnya Yesus tidak mencela dia tapi melanjutkan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali" (ay. 5-7; huruf miring ditambahkan). Ini bukan semata-mata tentang baptisan dengan air dan Roh--yang memang tidak terdapat dalam Torah dan kitab nabi-nabi sehingga tidak dikenal oleh Nikodemus--tetapi kelahiran baru di sini berarti suatu pembaruan menyeluruh yang nyata dan bukan sekadar simbolik.

Dalam hal penurutan kepada hukum Allah dan kitab para nabi, sebagai seorang Farisi dan pemimpin agama (Yoh. 3:1-2) Nikodemus merasa sudah sempurna dan yakin akan keselamatannya. Tetapi Yesus menghadapkan tantangan paling sulit kepadanya, bahwa semua "kebenaran" yang dimilikinya itu tidak berarti apa-apa tanpa perubahan total. Dengan mengajukan kemustahilan bagi seorang untuk "dilahirkan kembali kalau dia sudah tua" karena tidak mungkin "dia masuk kembali ke dalam rahim ibunya untuk dilahirkan lagi," sebenarnya Nikodemus sedang memprotes kalau penurutannya terhadap Torah dan tulisan para nabi selama ini dianggap sia-sia. Namun itulah yang Yesus maksudkan baginya, bahwa dia harus memulai kembali kerohaniannya dari nol. Supaya seperti Paulus dia bisa berkata: "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena menaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan" (Flp. 3:7-9).

"Kita diselamatkan 'melalui Roh Allah, yang memberikan kita kelahiran baru dan hidup baru dengan jalan membasuh kita' (Tit. 3:5, BIMK). Apa yang Roh itu lakukan bukanlah modifikasi atau perbaikan dari kehidupan lama melainkan perubahan sifat alamiah, penciptaan sebuah kehidupan yang baru. Hasil dari mujizat seperti itu sangat jelas terlihat dan merupakan suatu argumen tak terbantahkan yang selaras dengan injil" [alinea kelima: tiga kalimat terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang pekerjaan Roh Kudus?
1. Kehadiran Roh Kudus di antara manusia sepeninggal Kristus bukanlah sekadar mewakili Anak Allah itu, tetapi untuk menyempurnakan pekerjaan yang Kristus sudah mulai di atas bumi ini. Missi Roh Kudus termasuk "menyatakan kebenaran tentang Allah" dan membimbing manusia "untuk mengenal seluruh kebenaran" Allah itu (Yoh. 16:13, BIMK).
2. Peran sebagai saksi bagi Kristus (Yoh. 15:26) dan fungsi untuk menginsafkan dunia akan dosa mereka (Yoh. 16:8) membuat Roh Kudus memiliki posisi yang vital dalam rencana keselamatan; menghujat Roh Kudus dengan cara meremehkan kesaksian dan amaran-amaran-Nya adalah dosa yang tak terjangkau oleh pengampunan melalui kasih karunia.
3. Roh Kudus berkuasa untuk memberi hidup serta memerdekakan kita dari hukum dosa dan hukum maut (Rm. 8:2), dan Roh itu juga dapat melaksanakan "kelahiran kembali" melalui pembaharuan hidup (Tit. 3:5). Kalau kita adalah anak-anak Allah, Roh itu akan tinggal di dalam hati kita (Gal. 4:6) sampai kita kelak dibangkitkan (Rom. 8:11).

Kamis, 17 Juli
HIDUP DAN MELAYANI DALAM ROH (Dipenuhi dengan Roh Kudus)

Sambutan terhadap Roh Kudus. Tatkala Yesus suatu hari pulang kampung ke Nazaret dan beribadah di sinagog pada hari Sabat, Ia didaulat untuk membaca Alkitab (Perjanjian Lama) sebagai salah satu liturgi yang umum. Yesus membaca dari tulisan nabi Yesaya (61:1-2) yang menubuatkan tentang diri-Nya: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19). Kristus sendiri memerlukan pengurapan Roh Kudus agar berkuasa untuk melaksanakan missi-Nya di dunia ini.

Janji Kristus untuk mendatangkan Roh Kudus sebagai pengganti Diri-Nya merupakan sebuah tawaran istimewa bagi manusia. Kalau Roh itu sudah menolong Kristus dalam menjalankan tugas-Nya di bumi ini, pasti Roh itu pun akan menolong para pengikut Kristus menjalankan missi mereka juga. Mendapatkan kuasa Roh adalah sebuah kesempatan istimewa, tetapi itu bukan paksaan. Sekalipun Roh Kudus itu sangat berkuasa untuk melakukan apa saja demi kebaikan manusia, tergantung pada bagaimana sambutan kita terhadap Roh itu yang menentukan apakah kuasa pembaruan-Nya berguna atau tidak dalam hidup kita maupun dalam tugas pelayanan kita.

"Pada perjamuan terakhir, Yesus berjanji pada murid-murid-Nya bahwa Ia akan mengutus Roh Kudus. Ia menekankan pada pelayanan Roh untuk menghibur dan mengajar, yaitu guna memenuhi kebutuhan mereka pada waktu itu. Namun, setelah kebangkitan Kristus, keadaan pun berbeda dan murid-murid menghadapi tantangan-tantangan baru" [alinea kedua].

Baptisan Roh Kudus. Dalam Lukas 11:9-12, Yesus membandingkan bagaimana bapak duniawi dengan Bapa surgawi menanggapi permohonan dari anak-anak yang membutuhkan sesuatu. Kemudian Yesus membuat sebuah pernyataan ini: "Jadi, jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (ay. 13; huruf miring ditambahkan). Di sini kita dapat menangkap keprihatinan Yesus terhadap kesiapan murid-murid untuk menjalankan missi sebagai saksi-saksi bagi Kristus, berhubung dengan situasi yang berkembang di dalam negeri bahkan sampai ke luar negeri ketika pelayanan bersaksi akan menjadi pekerjaan yang sangat berat karena harus menghadapi perlawanan Iblis melalui kaki-tangannya orang-orang Farisi beserta pemuka-pemuka agama Yahudi. Kemampuan diri sendiri saja tidak cukup, murid-murid itu membutuhkan pertolongan ilahi.

Dalam jamuan makan malam terakhir itu Yesus menyampaikan sebuah pesan penting dan serius kepada murid-murid: "Jangan pergi dari Yerusalem. Tunggu di situ sampai Bapa memberikan apa yang sudah dijanjikan-Nya, yaitu yang sudah Kuberitahukan kepadamu dahulu. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi beberapa hari lagi kalian akan dibaptis dengan Roh Allah" (Kis. 1:4-5, BIMK; huruf miring ditambahkan). Pesan itu kemudian disusul dengan pernyataan Yesus yang terakhir sebelum pulang kembali ke surga: "Tetapi kalian akan mendapat kuasa, kalau Roh Allah sudah datang kepadamu. Dan kalian akan menjadi saksi-saksi untuk-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi" (ay. 8, BIMK; huruf miring ditambahkan). Baptisan Roh Kudus di sini adalah pencurahan kuasa Roh Allah yang tujuannya untuk menyanggupkan mereka melaksanakan tugas penginjilan, dimulai secara lokal, regional, nasional hingga internasional.

"Dalam Kisah 1:8, Yesus sendiri menjelaskan ini dengan suatu ungkapan yang sejajar. Anda 'dibaptis dengan Roh Kudus' (Kis. 1:5, TB) bilamana 'Roh Kudus turun ke atasmu' (ay. 8, TB). Dibaptis ialah dibenamkan secara keseluruhan dalam sesuatu, biasanya air. Ini meliputi diri orang itu seluruhnya. Baptisan dengan Roh Kudus berarti secara keseluruhan berada di bawah pengaruh Roh itu, seutuhnya 'penuh dengan Roh' (Ef. 5:18). Hal ini bukan sebuah pengalaman 'sekali untuk selamanya,' tapi sesuatu yang harus diperbarui secara terus-menerus" [alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang dipenuhi dengan Roh Kudus?
1. Mungkin mula-mula janji Yesus untuk mendatangkan Roh Kudus sekadar menjadi Penghibur bagi murid-murid selain "akan mengajarkan segala sesuatu" dan "mengingatkan semua yang telah Yesus katakan" kepada mereka (Yoh. 14:26). Tapi setelah melihat ketidaksiapan mereka untuk tugas penginjilan yang berat itu, Roh Kudus harus memberi mereka kuasa-Nya.
2. Penyelamatan jiwa adalah pekerjaan supra alami yang hanya bisa berhasil kalau dilaksanakan dengan bantuan kuasa ilahi melalui penyerahan diri sepenuhnya kepada Roh Kudus. Seperti firman Tuhan kepada Zerubabel: "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh-Ku, firman Tuhan semesta alam" (Za. 4:6).
3. Selama pelayanan-Nya di dunia ini Yesus sendiri "penuh dengan Roh Kudus" (Luk. 4:1) dan senantiasa berada "dalam kuasa Roh" (ay. 14). Kalau Yesus Kristus saja, yang notabene adalah penjelmaan Oknum ilahi, membutuhkan pendampingan Roh Kudus untuk menjalankan missi-Nya di dunia ini, bagaimana dengan anda dan saya?

Jumat, 18 Juli
PENUTUP

Permohonan tertinggi. Menjadi murid Yesus adalah suatu hal yang luar biasa, sebab hal itu berarti dapat mengadakan mujizat seperti yang Ia sendiri lakukan, kalau perlu memindahkan gunung ke tengah laut (Mat. 21:21). Cara Tuhan adalah ajaib, kalau tidak ajaib itu bukan jalan Tuhan. Namun kita seringkali terlalu gampang merasa puas dengan hal-hal biasa yang kita alami dalam hidup kita dan "membanggakannya" sebagai jalan atau berkat Tuhan, padahal apa yang kita alami itu lumrah terjadi pada manusia pada umumnya. Mungkin kita belum berani meminta hal-hal yang besar dari Tuhan karena kita sendiri ragu kalau itu bisa terpenuhi. Tetapi Yesus menantang kita, "Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya" (Mat. 21:22). Bahkan, "apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu" (Mrk. 11:24).

Tentu saja kita tidak dapat memaksa Tuhan untuk memenuhi segala permintaan kita, kalau menurut hikmat-Nya apa yang kita minta itu akan menjerumuskan kita dan tidak mendatangkan kebaikan bagi kita (Yak. 4:3), tapi Allah pasti akan memenuhi setiap permintaan yang bermanfaat bagi kita dan oleh mana nama-Nya dipermuliakan. Sementara kita dapat meminta apa saja kepada Tuhan, permohonan tertinggi yang dapat kita ajukan kepada Allah ialah meminta kuasa Roh Kudus untuk menyanggupkan kita menunaikan pekerjaan-Nya di bumi ini serta menolong pertumbuhan iman dan kerohanian kita sendiri.

"Roh Kudus merupakan yang tertinggi dari segala karunia yang Ia (Yesus) dapat minta dari Bapa-Nya demi meninggikan umat-Nya. Roh itu harus diberikan sebagai agen pembaharuan kembali, dan tanpa hal ini pengorbanan Kristus akan menjadi sia-sia...Roh itulah yang memanjurkan apa yang telah dihasilkan oleh Penebus dunia" [alinea kedua: dua kalimat pertama dan kalimat terakhir].

Bapa surgawi itu mengetahui segala keperluan kita bahkan sebelum kita meminta kepada-Nya (Mat. 6:8), dan tidak ada hal yang terlampau kecil ataupun terlampau besar yang dapat kita minta dari Dia. Allah kita terlalu pengasih untuk tega mengecewakan anda dan saya, meskipun kita acapkali lebih dari tega untuk mengecewakan-Nya. Kalau ada satu permintaan dari umat-Nya yang Allah akan segera penuhi dengan berlimpah, itu adalah permintaan akan kuasa Roh Kudus-Nya.

"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan" (Rm. 15:13).

(Oleh Loddy Lintong/California, 16 Juli 2014)

Jumat, 11 Juli 2014

PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE-II; 12 Juli 2014 "ANAK"





Sabat Petang, 5 Juli
PENDAULUAN

Siapakah Kristus, menurut anda? Bagi kita orang Kristen yang hidup pada zaman ini tidak sulit untuk menjawab pertanyaan "Siapakah Anak Manusia itu"? Setelah mempelajari isi Alkitab, dan sesudah Kekristenan menjadi agama yang populer, pertanyaan Yesus ini menjadi terlalu mudah bagi kita sekarang. Tapi tidak demikian dengan rakyat Israel yang hidup di wilayah Yudea dan Galilea pada abad-abad permulaan itu, ketika identitas Yesus Kristus masih menjadi wacana umum yang kontroversial, dan terutama ketika untuk menyatakan kepercayaan kepada-Nya sebagai Mesias dan Anak Allah secara terbuka adalah sesuatu yang berbahaya.

Tatkala Yesus mengajukan pertanyaan itu kepada murid-murid-Nya yang sudah bersama-sama dengan Dia selama dua tahun lebih, tentu saja Yesus tidak sedang mencari tahu "tingkat elektabilitas" diri-Nya menurut survei pendapat umum seperti yang ramai dilakukan orang di tanah air beberapa bulan terakhir ini. Tapi sesungguhnya Yesus hendak membandingkan antara tanggapan masyarakat umum dengan murid-murid itu mengenai diri-Nya. "Tetapi menurut kalian sendiri, Aku ini siapa?" tanya Yesus kepada mereka (Mat. 16:15, BIMK). Melalui pertanyaan itu Yesus sedang menguji tingkat keyakinan murid-murid-Nya sendiri, bukan hendak mengukur tingkat popularitas-Nya.

Pertanyaan yang sama masih ditanyakan Yesus kepada setiap orang Kristen pada zaman ini. Tidak menjadi masalah apa kata orang mengenai Dia, karena yang lebih penting adalah apa kata anda dan saya tentang Dia. Yesus tidak terlalu peduli apa pendapat umum perihal diri-Nya, tapi yang paling ingin Dia ketahui adalah bagaimana keyakinan kita terhadap Dia. Siapakah Kristus, menurut anda?

"Cepat atau lambat, setiap orang harus menjawab pertanyaan yang sama ini. Masing-masing harus memutuskan, secara pribadi, siapa Yesus itu. Percuma untuk sekadar mengulangi apa yang orang lain katakan atau yakini; jawabannya harus murni sebagai keyakinan kita pribadi. Dan tentu saja pada jawaban itu nasib setiap manusia bergantung" [alinea kedua].

Minggu, 6 Juli
KEMANUSIAWIAN KRISTUS (Anak Manusia)

Pengakuan Yesus sendiri. Sebutan "Anak Manusia" adalah ungkapan yang menonjolkan kemanusiaan Yesus Kristus sebagai seorang yang kehadiran-Nya di atas dunia ini adalah karena dilahirkan oleh seorang manusia, yaitu perawan Maria. Kelahiran Yesus melalui proses yang "normal" sebagai bayi manusia biasa, meskipun pembuahan kandungan Maria adalah "ajaib" karena bukan melalui konsepsi manusia melainkan oleh Roh Kudus (Mat. 1:18). Dilahirkan oleh seorang perempuan bersahaja adalah cara yang dipilih Allah Bapa untuk menghadirkan Putra-Nya ke bumi ini (Luk. 1:26-37), sebuah cara penjelmaan yang direncanakan karena alasan-alasan khusus.

Dalam PL istilah "anak manusia" (bahasa Aram: bar 'enash) yang merujuk kepada Yesus Kristus hanya terdapat dalam kitab Daniel (7:13), dan dalam hal ini berbeda dari istilah "anak manusia" (bahasa Ibrani: ben 'adam) yang merujuk kepada manusia pada umumnya seperti yang terdapat dalam lima kitab Musa (Pentateukh) dan kitab Yehezkiel, misalnya. Para peneliti Alkitab meyakini bahwa ketika Yesus menyebut diri-Nya sebagai "Anak Manusia" (Grika: huios tou anthrōpou) maka yang dimaksudkan-Nya adalah dalam pengertian menurut kitab Daniel tersebut, meskipun Ia menggunakan istilah yang berlaku umum pada masa itu. Rasul Yohanes menyebut Yesus Kristus sebagai Firman, "Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah" (Yoh. 1:1), tetapi kemudian "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita" (ay. 14).

"Gelar ini, yakni 'Anak Manusia,' adalah penyebutan favorit bagi Diri-Nya. Ia menunjuk Diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia lebih dari delapan puluh kali. Orang-orang lain tidak pernah menyapa Dia seperti itu. Tentu saja Ia memilih sebutan istimewa ini bagi Diri-Nya dengan suatu maksud dalam pikiran" [alinea pertama].

Yesus sebagai manusia biasa. Adalah menarik untuk dicermati bahwa ketika dihadapkan ke pengadilan agama Yahudi lalu Imam Besar bertanya kepada-Nya, "Apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak" (Mat. 26:63), Yesus tidak langsung menjawab melainkan tetap diam. Baru setelah didesak lagi Ia menjawab, "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit" (ay. 64). Perhatikan, Yesus menanggapi pertanyaan itu bukan dengan cara yang menegaskan kemesiasan-Nya ataupun status-Nya sebagai Anak Allah, melainkan mempertegas keadaan-Nya pada saat itu sebagai "Anak Manusia" biasa.

Martin Hengel (1926-2009), pakar Perjanjian Baru kelahiran Jerman yang juga peneliti sejarah Yudaisme dan Helenisme, mengatakan bahwa istilah "Anak Manusia" yang terdapat sebanyak 81 kali dalam keempat injil--Matius, 30 kali; Markus, 14 kali; Lukas, 25 kali; Yohanes, 12 kali--itu merupakan "kata sandi terselubung" (veiled codeword) yang hanya digunakan oleh Kristus sendiri, dan bagi orang Yahudi dengan latar belakang pengenalan bahasa Aram bisa memahaminya tetapi orang banyak yang hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa Grika (kaum Helenisme) hampir tidak dapat memahami maksud sebenarnya. Di seluruh injil, hanya dua kali istilah "Anak Manusia" diucapkan selain oleh Yesus Kristus, yaitu orang banyak yang tidak mengerti apa artinya Anak Manusia akan dimuliakan atau ditinggikan (Mat. 24:30; 25:31; 26:64). "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?" (Yoh. 12:34).

"Bagi pemerhati yang sederhana, Yesus tampak seperti seorang manusia biasa yang berjalan di antara orang banyak sebagai salah satu dari mereka. Banyak orang sezaman-Nya yang tidak mengenal bahwa dalam Diri-Nya ada sesuatu yang lebih dari sekadar seorang manusia (Yoh. 7:46). Masyarakat memperlakukan Dia seperti salah seorang dari antara mereka; mereka menertawai Dia (Luk. 8:53), mencela Dia (Mat. 11:19), bahkan mengolok-olok dan memukuli Dia (Luk. 22:63). Bagi mereka, Ia hanya seorang manusia seperti yang lain" [alinea keempat].

Apa yang kita pelajari tentang Yesus Kristus sebagai "Anak Manusia"?
1. Istilah "Anak Manusia" adalah sebutan yang Yesus sendiri gunakan bagi diri-Nya untuk mempertegas status-Nya selaku manusia biasa selama hidup di dunia ini. Pengakuan tentang keadaan-Nya sebagai manusia biasa adalah penting karena menyangkut keteladanan yang hendak dihidupkan-Nya, dan sebagai ujian bagi manusia yang menyambut-Nya.
2. Bagaimana kita memahami makna "Anak Manusia" yang merujuk kepada Yesus Kristus itu penting, terutama dalam kaitannya dengan nubuatan nabi Daniel bilamana Kristus akan menerima kekuasaan dari tangan Bapa surgawi. "Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah" (Dan. 7:14).
3. Memiliki pengetahuan tentang mengapa Yesus Kristus menyebut Diri-Nya sebagai "Anak Manusia" adalah hal yang baik, tetapi lebih penting lagi ialah bagaimana sambutan kita terhadap Anak Manusia itu. Yesus menjelma menjadi manusia atas rencana Allah, supaya Dia boleh menebus anda dan saya melalui kematian-Nya di salib.

Senin, 7 Juli
KEILAHIAN KRISTUS (Anak Allah)

Hubungan yang unik. Dalam pelajaran kemarin (Minggu, 6 Juli) kita sudah pelajari bahwa Yesus Kristus disebut "Anak Manusia" karena kedatangan-Nya ke bumi ini melalui proses kelahiran yang normal melalui seorang perempuan, walaupun proses pembuahan kandungan itu tidak berdasarkan cara alamiah tetapi oleh kuasa Roh Kudus. Sebutan Yesus sebagai "Anak Allah" tentu saja tidak melalui proses kelahiran seperti halnya ketika Yesus datang ke dunia ini dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, tapi didasarkan pada hubungan antara Yesus Kristus dengan Allah Bapa. Karena itu, istilah "Anak Allah" tidak bisa dijelaskan dan dipahami menurut pengertian yang sama dengan Yesus sebagai "Anak Manusia." Yesus berkata bahwa Dia datang ke dunia ini karena diutus oleh Bapa-Nya di surga untuk suatu tugas istimewa, "supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa" (Yoh. 10:38).

"Hubungan mereka sebagai Bapa-Anak adalah unik. Kristus adalah satu-satunya Oknum di alam semesta ini yang memiliki jenis hubungan tersebut, sebab hanya Dia yang mempunyai sifat alamiah yang sama seperti Bapa itu. Sebagai orang percaya kita telah dianugerahkan dengan kesempatan istimewa menjadi anak-anak Allah. Tetapi Yesus selalu dan selamanya akan menjadi Anak Allah" [alinea kedua: empat kalimat terakhir].

Dalam konteks yang berbeda ada orang-orang selain Yesus Kristus yang juga disebut sebagai "anak-anak Allah." Penyebutan istilah ini pertama kali muncul dalam tulisan Musa tentang keadaan dunia ini setelah kejatuhan Adam dan Hawa, beberapa waktu sebelum prahara air bah, di mana manusia semakin bertambah banyak (Kej. 6:1-4). Siapa sebenarnya mereka yang disebut "anak-anak Allah" dalam ayat 2 dan 4 (Ibrani: ben 'elohiym) itu masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti Alkitab, ada yang mengatakan mereka adalah malaikat-malaikat pengikut Lusifer yang dibuang ke Bumi ini dan yang lain berkata bahwa mereka itu adalah para laki-laki masa itu yang telah kerasukan setan. Kelompok pertama mendasarkan pendapat mereka pada kitab Ayub (1:6 dan 2:1), sedangkan kelompok kedua mendasarkannya pada tulisan nabi Hosea (1:10; 11:1) dan injil Lukas (3:38).

Kesatuan dengan Bapa. Dalam banyak kesempatan Yesus Kristus menegaskan kesatuan hubungan-Nya dengan Bapa. Sebagai Anak Allah, Yesus menerima semua kewenangan dari Bapa sebab selain Diri-Nya tidak ada orang lain yang sungguh-sungguh mengenal Bapa (Mat. 11:27), dan oleh karena itu Bapa mengasihi Anak itu (Yoh. 3:35). Yesus dan Bapa-Nya terus bekerja bersama-sama (Yoh. 5:17), sebab Dia dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30). Hubungan Kristus sebagai Anak dengan Allah sebagai Bapa tentu saja bukan dalam arti "hubungan darah" seperti halnya seorang ayah dengan anaknya, tetapi lebih dalam arti hubungan keilahian.

Gambaran tentang hubungan itu dapat kita pahami dengan jelas melalui perumpamaan yang Yesus utarakan dalam Markus 12:1-12, tentang seorang pemilik kebun anggur yang menyewakannya kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke luar negeri. Pada waktu musim panen tiba dia menyuruh hamba-hambanya untuk mengambil bagian miliknya dari hasil kebun anggur itu, tetapi satu demi satu hamba-hamba yang diutusnya itu dipukuli dan disuruh pulang dengan tangan hampa, bahkan ada yang dibunuh. Akhirnya pemilik kebun anggur itu mengutus anaknya sendiri, tapi bukan perlakuan baik yang diterima anak itu melainkan mereka membunuhnya juga sehingga pemilik kebun anggur tersebut berniat untuk membinasakan para penggarap yang jahat itu. Kebun anggur itu melambangkan Israel, pemiliknya adalah Allah, para penggarap itu adalah pemuka-pemuka Israel, hamba-hamba yang diutus itu adalah para nabi, dan anak itu adalah Yesus Kristus. Kedudukan anak lebih tinggi dari hamba, tetapi anak itu tidak lebih tinggi dari bapaknya.

"Dengan merenungkan konsep ini kita bisa mengerti mengapa Yesus berkata: 'Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari dirinya sendiri, jikalau Dia tidak melihat Bapa mengerjakannya' (Yoh. 5:19); 'sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku' (Yoh. 5:30). Dari sudut pandang fungsional ini, Ia dapat berkata: 'Sebab Bapa lebih besar daripada Aku' (Yoh. 14:28)" [alinea terakhir: dua kalimat terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang Yesus Kristus sebagai Anak Allah?
1. Yesus Kristus adalah Anak Allah bukan dalam pengertian hubungan lahiriah melainkan hubungan keilahian. Ini adalah suatu hubungan unik yang tidak dimiliki oleh siapa pun di alam semesta ini, yaitu hubungan yang menyangkut persamaan sifat secara alamiah dan kuasa yang melekat pada kedua Oknum ilahi itu.
2. Yesus sendiri mengakui bahwa diri-Nya dan Bapa adalah "satu" (Grika: heis), sebuah kata ganti bersifat netral, yang dalam konteks ini berarti satu dalam kehendak, maksud, dan tujuan. Dalam doa-Nya Yesus berkata bahwa Bapa ada di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (Yoh. 17:21) yang mempertegas kesatuan hubungan mereka.
3. Kedudukan sebagai "Anak Allah" menjadikan Yesus Kristus setara dengan Bapa-Nya dalam pengertian otoritas (kewenangan), namun dalam pengertian fungsional Bapa lebih tinggi dari Dia. Hal ini ditunjukkan-Nya dalam beberapa cara, termasuk dalam hal datang-Nya kiamat dunia (Mat. 24:36).

Selasa, 8 Juli
YESUS SEBAGAI MESIAS (Sifat Keilahian Kristus: Bagian 1)

Pengakuan Yesus. Yesus Kristus lahir dan dibesarkan di tengah suasana bangsa Yahudi yang berada dalam penindasan bangsa Romawi dan karena itu sedang menantikan datangnya Mesias (Ibrani: mashiach, "diurapi"), dan secara tradisional dipercaya sebagai seorang yang diutus Allah untuk menjadi penyelamat bangsa itu. Ketika menyaksikan berbagai mujizat yang dilakukan Yesus, khususnya membangkitkan kembali orang mati, banyak dari antara mereka yang berharap inilah Mesias yang ditunggu-tunggu itu. Akan tetapi Yesus sendiri tidak pernah menegaskan secara terbuka perihal kemesiasan-Nya. Bahkan, ketika Petrus yang menjawab pertanyaan Gurunya itu menyatakan Dia adalah Mesias (Mat. 16:13-16), Yesus kemudian melarang mereka memberitahukan hal itu kepada siapapun (ay. 20). Apakah Yesus memang sengaja menyembunyikan identitas keilahian-Nya?

Tampaknya Yesus mempunyai alasan-alasan mendasar mengapa Ia tidak ingin menggembar-gemborkan soal kemesiasan-Nya. Alasan pertama, karena persepsi yang salah tentang Mesias. Masyarakat Yahudi waktu itu mengira bahwa Mesias akan datang sebagai raja baru yang akan membebaskan mereka dari cengkeraman penjajah Romawi. Tak lama setelah Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, dan kemudian Gurunya itu menyingkapkan nasib buruk yang bakal dialami-Nya, murid terdekat itu lalu "menegur" sang Guru sambil berharap hal itu tidak akan pernah terjadi (ay. 22). Tetapi Yesus balas menegurnya dengan cara lebih keras, "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia" (ay. 23; huruf miring ditambahkan).

Alasan kedua, Yesus ingin agar masyarakat mengenali kemesiasan-Nya dengan mencermati pekerjaan-pekerjaan yang sudah Ia lakukan bagi mereka. Itu sebabnya waktu mereka menuntut ketegasan apakah Dia adalah Mesias atau bukan (Yoh. 10:24), Yesus menjawab, "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku" (ay. 25-26).

"Sementara Yesus secara bertahap mengungkapkan sifat keilahian-Nya, kebanyakan para pendengar-Nya memahami Dia tetapi menolak untuk menerima pengakuan-Nya oleh sebab hal itu tidak cocok dengan gagasan mereka tentang Mesias yang sudah terbentuk sebelumnya. Ini terbukti dari permintaan mereka: 'Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami' (Yoh. 10:24). Sayangnya, konteksnya menunjukkan bahwa pertanyaan mereka itu tidak tulus" [alinea ketiga].

Mengampuni dosa. Dalam hukum agama Yahudi, menghujat nama Tuhan (Ibrani: birkat ha-shem) adalah kejahatan dengan hukuman rajam sampai mati (Im. 24:13-16). Menghujat nama Tuhan termasuk mengambil hak prerogatif Allah, semisal mengampuni dosa. Maka tatkala kaum Farisi dan ahli Taurat menyaksikan Yesus menyembuhkan seorang berpenyakit lumpuh yang diturunkan dari atas atap rumah itu dengan berkata, "Hai Saudara, dosamu sudah diampuni" (Luk. 5:20), mereka sangat marah tetapi tak berani berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa bergumam di antara satu sama lain, "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" (ay. 21). Tentu saja Yesus tahu apa yang pergunjingkan. "Tetapi supaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa," kata Yesus sambil berpaling kepada orang lumpuh itu, "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (ay. 24). Seketika itu juga orang lumpuh tersebut bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan.

Sebenarnya pemikiran orang Farisi dan ahli Taurat itu tidak salah sebab mereka mendasarkannya pada Kitabsuci, dalam hal ini Taurat Musa yang memang melarang tegas penghujatan dengan jalan mengambil hak Allah. Kesalahan dari para pemuka agama itu ialah tidak menyadari bahwa Allah sedang berada di hadapan mereka dalam sosok Yesus Kristus. Kesalahan seperti itu bisa terjadi sekarang ini, di antara umat yang mengaku percaya dan menyembah Allah tetapi tidak menyadari bahwa hadirat Allah ada di mana-mana, seringkali bahkan di tempat-tempat yang tidak kita sangka bahwa Allah ada di situ.

"Yesus mengklaim hak prerogatif ilahi untuk mengampuni dosa. Ia juga berkata bahwa Diri-Nya 'akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya' (Mat. 25:31), dan menghakimi segala bangsa, menentukan nasib yang abadi dari setiap orang, sesuatu yang menjadi wewenang Allah saja. Berapa banyak lagi yang Ia bisa lakukan di sini untuk menyatakan siapa Dia sebenarnya" [alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang keilahian Yesus Kristus?
1. Orang Yahudi pada zaman Yesus sangat mengharapkan kedatangan seorang Mesias, tetapi bukan sebagai Pembebas dari belenggu dosa tapi dari belenggu penjajahan Romawi. Berharap pada Tuhan karena kebutuhan yang bersifat jasmaniah melebihi keperluan secara rohaniah dapat membuat kita tidak jeli akan pertolongan dari Tuhan.
2. Allah ingin dikenal melalui perbuatan-perbuatan-Nya, baik kepada dunia ini secara umum dan khususnya perbuatan Tuhan kepada diri kita secara pribadi. Pengingkaran atas perbuatan Allah yang ajaib dalam hidup kita itu sama dengan mengingkari keberadaan dan kekuasaan Allah itu sendiri.
3. Perbuatan Allah yang terbesar dan paling ajaib dalam hidup kita adalah mengampuni dosa-dosa kita sebagai hak prerogatif Allah yang tidak mungkin kita dapatkan dari siapapun. Sayangnya, kita cenderung kurang mengapresiasi anugerah pengampunan dosa itu sebesar kita mensyukuri berkat-berkat lahiriah yang Tuhan karuniakan kepada kita.

Rabu, 9 Juli
YESUS SEBAGAI ALLAH (Sifat Keilahian Kristus: Bagian 2)

Penegasan dari Bapa. Keilahian Yesus telah menjadi polemik selama berabad-abad, bahkan sejak Dia mulai dikenal di negeri-Nya sendiri. Alasan pokok mengapa para pemuka agama Yahudi bersama sebagian besar rakyat yang terpengaruh hendak membunuh Yesus bukan saja karena Ia dianggap telah melanggar hukum Sabat, tapi terutama karena pengakuan keilahian-Nya (Yoh. 5:18). Dalam tradisi agama Yahudi yang hanya mengenal satu Allah sebagai Pribadi tunggal, maka adalah suatu kejahatan terbesar yang layak dihukum mati kalau ada seseorang yang berani mengakui dirinya adalah atau sama dengan Allah.

Para pemuka agama Yahudi menjadi sangat marah tatkala Yesus menyatakan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahwa Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran" (ay. 19-20). Tentang keilahian-Nya itu Yesus mengatakan bahwa Dia tidak memerlukan kesaksian manusia, meskipun Dia menghargai kesaksian Yohanes Pembaptis kepada siapa orang banyak itu sudah meminta konfirmasi tentang jatidiri Yesus Kristus yang sesungguhnya (ay. 33-34).

"Petunjuk lainnya yang jelas tentang keilahian-Nya ditemukan dalam pernyataan-Nya soal eksistensi sebelum ini. Dia 'telah turun dari surga' (Yoh. 3:13) karena Bapa yang mengutus-Nya (Yoh. 5:23). Lalu, sekali lagi, Ia menegaskan soal pra eksistensi-Nya: 'Ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada' (Yoh. 17:5)" [alinea kedua].

Penegasan Yesus sendiri. Keilahian berkaitan erat dengan keabadian, dan keabadian berarti eksistensi yang tiada putus-putusnya sepanjang masa kekekalan. Tentang eksistensi-Nya sendiri Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada" (Yoh. 8:58). Di sini Yesus sedang menjelaskan bahwa Dia sudah ada sebelum nenek moyang pertama bangsa Israel itu ada, perkataan serupa yang Allah ucapkan kepada Musa tatkala mengutusnya untuk memimpin leluhur bangsa itu keluar dari Mesir menuju ke negeri perjanjian Kanaan (Kel. 3:13-15).

Terdapat lebih dari 40 kali sebutan "Anak Allah" di seluruh Alkitab, di antaranya yang berkaitan dengan kekudusan Yesus (Luk. 1:35) dan kuasa kebangkitan-Nya (Yoh. 5:25). Tetapi penjelasan Kitabsuci paling penting mengenai keilahian Yesus dan kedudukan-Nya sebagai Anak Allah terdapat dalam kitab Ibrani: "Tidak pernah Allah berkata begini kepada seorang malaikat pun, 'Engkaulah Anak-Ku; pada hari ini Aku menjadi Bapa-Mu.' Tidak pernah pula Allah berkata begini mengenai malaikat yang manapun juga, 'Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku'...Tetapi kepada Anak itu, Allah berkata, 'Takhta-Mu, ya Allah, akan kekal selama-lamanya! Pemerintahan-Mu adalah pemerintahan yang adil'" (ay. 5, 8, BIMK).

"Kitab-kitab Injil menunjukkan bahwa Yesus, tanpa memperlihatkan ketidaksetujuan, menerima penyembahan dari orang-orang lain. Dia mengetahui benar bahwa menurut Kitabsuci hanya Allah yang layak atas pemujaan manusia, karena Ia berkata kepada Setan: 'Sebab ada tertulis, engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti' (Mat. 4:10). Oleh karena itu, dengan menerima penyembahan dari orang-orang lain, Ia menyatakan keilahian-Nya" [alinea keempat: tiga kalimat pertama].

Apa yang kita pelajari tentang Yesus Kristus sebagai Allah?
1. Di tengah ketidakpercayaan bangsa-Nya sendiri tentang keilahian Yesus Kristus, Allah Bapa membuat pernyataan sesudah pembaptisan-Nya, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (Mat. 3:16-17). Sementara baptisan bagi orang biasa adalah pertunjukkan pertobatan, bagi Yesus pembaptisan-Nya adalah pertunjukkan tentang perkenan Bapa surgawi.
2. Keilahian Yesus Kristus dinyatakan dalam eksistensi-Nya sebelum dunia ini dijadikan dan keterlibatan-Nya dalam penciptaan alam semesta (Ibr. 1:2; Yoh. 1:10). Yesus Kristus sudah ada bersama-sama dengan Allah sebelum Abraham, nenek moyang pertama bangsa Israel.
3. Melalui pelayanan-Nya kepada manusia Yesus Kristus sudah berkali-kali menunjukkan keilahian-Nya melalui berbagai mujizat yang telah diadakan-Nya, termasuk membangkitkan orang mati. Hanya Allah sumber kehidupan, kalau Yesus bukan Allah tentu tidak mungkin Dia dapat membangkitkan orang yang sudah mati.

Kamis, 10 Juli
JURUSELAMAT DARI SURGA (Missi Kristus)

Memulihkan nama baik. Kedatangan Yesus Kristus yang pertama ke dunia ini membawa missi Bapa-Nya. Kita dapat menemukan banyak ayat dalam PB yang berkali-kali menyebutkan tentang hal ini (Mat. 10:40; Luk. 4:18; 9:48; Yoh. 5:24; dll). Bahkan Yesus berkata, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yoh. 4:34). Lalu, apa yang ingin dicapai dalam pengutusan Kristus ke dunia ini, yang merupakan kehendak Dia yang mengutus-Nya? Kata Yesus, "Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman" (Yoh. 6:38-39).

Reputasi (=nama baik) Allah telah dirusak oleh Setan dengan cara melukiskan seolah-olah Allah itu kejam dan sama sekali tidak peduli dengan nasib manusia yang sudah berdosa ini. Tetapi melalui kehidupan dan pelayanan-Nya yang lembut dan penuh kasih itu Yesus telah memulihkan citra Allah yang sebenarnya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia...Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh. 14:7, 9).

"Setan membuat tuduhan-tuduhan melawan Allah. Untuk menghadapi tuduhan-tuduhan itu maka Yesus sudah datang untuk menggambarkan tabiat Bapa, dan untuk memperbaiki konsep yang salah tentang Ketuhanan yang telah dikembangkan oleh banyak orang. Ia ingin agar kita mengenal Allah, karena mengenal Dia itu sangat penting demi untuk memiliki hidup kekal (Yoh. 17:3)" [alinea kedua].

Missi terbesar. Namun missi terpenting dan terbesar dari kedatangan Yesus yang pertama ke dunia ini adalah untuk menebus manusia dari dosa dengan cara menjalani kematian sebagai hukuman atas dosa. Yesus harus lahir dan bertumbuh dewasa, lalu melayani manusia selama sekitar tiga setengah tahun sebelum mati di salib. Apalah artinya semua missi yang lain itu kalau tidak diakhiri dengan missi penebusan manusia? Memperkenalkan karakter Bapa itu penting, menjadi teladan penurutan hukum Allah juga penting, dan mengajar cara hidup sebagai anak-anak Tuhan itupun penting, tetapi semuanya akan sia-sia kalau pada akhirnya seluruh manusia binasa juga.

Bayangkanlah seorang pelukis besar yang telah menghasilkan sebuah mahakarya yang agung tapi kemudian lukisan itu telah dicuri dari galerinya, dan belakangan dia menemukan lukisan itu berada di pasar loak dalam keadaan yang sudah kusam dan cacad akibat pemeliharaan yang buruk. Sebagai pelukis hebat dia dapat saja membuat lukisan baru yang bahkan bisa lebih indah dari lukisan tua yang sekarang sudah sangat jelek itu, tetapi karena pada lukisan itu masih tertera nama sang pelukis dan oleh sebab hubungan emosional yang kuat terhadap karyanya itu, lukisan tersebut dibelinya lalu dibawa pulang untuk disempurnakan kembali menjadi sebuah mahakarya baru nan indah yang akan dipajang di rumahnya sendiri dan takkan pernah dijual. Seperti itulah yang telah dilakukan Allah atas kita manusia: menciptakan, menebus, menyempurnakan kembali, dan memilikinya untuk selamanya!

Pena inspirasi menulis: "Kristus saja yang sanggup mewakili Ilahi. Dia yang sudah ada bersama Bapa dari permulaan, Dia yang adalah ungkapan citra Allah yang tak kelihatan itu saja yang memadai untuk melaksanakan tugas ini. Tidak ada uraian kata-kata dapat menyingkapkan Allah kepada dunia ini. Melalui kehidupan yang murni, suatu kehidupan ketaatan dan penurutan yang sempurna pada kehendak Allah, sebuah kehidupan kehinaan yang bahkan malaikat tertinggi di surga pun bisa menciut, Allah sendiri harus dinyatakan kepada umat manusia. Untuk melaksanakan ini Juruselamat kita membalut keilahian-Nya dengan kemanusiaan. Ia mengenakan sifat-sifat manusiawi karena hanya dengan cara ini Dia dapat dipahami oleh umat manusia. Hanya kemanusiaan dapat menjangkau manusia. Ia menghidupkan tabiat Allah melalui tubuh manusia yang Allah sediakan bagi-Nya. Ia memberkati dunia ini oleh mengamalkan kehidupan Allah dalam daging manusia, dan dengan demikian menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa untuk mempersatukan kemanusiawian dengan keilahian" (Ellen G. White, Review and Herald, 25 Juni 1895).

Apa yang kita pelajari tentang missi Kristus pada kedatangan-Nya yang pertama di dunia ini?
1. Yesus sudah datang ke dunia ini pada 20 abad silam dengan membawa missi dari Allah Bapa, antara lain adalah untuk memperkenalkan tabiat Bapa melalui kehidupan pelayanan-Nya selama tiga setengah tahun. Tapi missi utama-Nya adalah mati sebagai Penebus manusia supaya dapat membawa orang-orang yang percaya kepada-Nya untuk dibawa kepada Bapa.
2. Kematian Yesus adalah "harga" yang harus dibayar oleh Allah sendiri untuk menebus manusia yang sudah tergadai kepada Setan akibat dosa Adam dan Hawa serta dosa-dosa kita pribadi masing-masing. Jadi, kita adalah kepunyaan Allah karena dua alasan yang sah: Dia yang menciptakan kita dan kemudian menebusnya lagi.
3. Rasul Paulus berkata, "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah" (1Kor. 1:18). Salib adalah lambang kematian yang hina, tetapi dari salib Kristus mengalir kehidupan nan mulia bagi semua yang percaya.

Jumat, 11 Juli
PENUTUP

Jaminan hidup kekal. Meski di dunia ada banyak sekali perusahaan asuransi yang menawarkan asuransi jiwa (dalam bahasa Inggris disebut "life insurance"), tidak pernah ada yang dapat menjamin bahwa pemegang polisnya akan mendapat penggantian jiwa bila dia kehilangan nyawa. Dan memang hanya orang yang kurang waras saja yang berharap bahwa dengan menutup asuransi jiwa dan membayar premi setiap bulan maka jiwanya terjamin. Asuransi jiwa, sebagaimana kita tahu, adalah asuransi yang preminya dibayar oleh pemegang polis itu sendiri agar ahli warisnya bisa menerima santunan uang bila dia meninggal dunia. Sehingga ada seorang suami yang baru mengetahui kalau istrinya berselingkuh setelah dia sedang meregang nyawa akibat kanker ganas, berkata kepada sahabatnya: "Selama ini saya sudah membayar premi asuransi jiwa dengan setia untuk seorang istri yang tidak setia."

Barangkali dapat dikatakan bahwa kesetiaan kepada Tuhan adalah semacam "premi" yang kita bayar untuk jaminan hidup kekal yang akan diberikan oleh Tuhan nanti, dan jaminan itu merupakan benefit (manfaat atau keuntungan) yang akan diterima sendiri dan langsung oleh orang yang telah setia mempertahankan imannya. Dalam soal jaminan hidup kekal tidak ada seorangpun yang dapat membayar "premi" untuk orang lain, atau membagikan kesetiaannya demi keselamatan orang lain. Hanya Yesus Kristus saja yang dapat membagikan kesetiaan-Nya kepada Allah Bapa itu untuk menjamin hidup kekal bagi manusia, yaitu setiap orang yang percaya kepada-Nya (Mrk. 16:16; Kis. 16:31).

"Di dalam Kristus adalah kehidupan, asli, bukan pinjaman, dan tidak diperoleh dari orang lain. 'Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup' (1Yoh. 5:12). Keilahian Kristus merupkan jaminan hidup kekal bagi orang percaya" [alinea kedua].

"Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya" (1Tim. 4:10).

(Oleh Loddy Lintong/California, 9 Juli 2014)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...